LOGICO untuk pembelajar Kinestetik Mendapatkan Banyak Penghargaan Internasional

Logico, buku berkualitas yang telah mendapatkan banyak penghargaan internasional.

Manfaat Logico diantaranya adalah untuk menunjang pembelajar kinestetik

Increase The Processing Speed of Your Child Brain

Logico yang hadir di indonesia terdiri dari 3 jenjang

Logico Primo untuk jenjang usia 3-6 th, Logico Piccolo untuk 5-10th, Maximo untuk 8-12th

Maksimalkan Potensi Gemilang Buah Hati Dengan Logico

Ingin anak pintar, hadiahkan Logico untuk ulang tahunnya... Otak cemerlang,masa depan gemilang!

Ingin Anak Kinestetik Betah Belajar?

Siapkan Logico dan rasakan sensasi Belajarnya...

Senin, 01 Agustus 2016

Mengajak si kinestetik beradaptasi

Mengajak si kinestetik beradaptasi


Anak Anda tidak bisa duduk diam dan seringkali sibuk sendiri? Jangan khawatir, mungkin ia adalah si tipe kinestetik. Ia bukan nakal, dan sebetulnya ia bisa diajak beradaptasi di tempat manapun. maksimalkan kemampuannya dan komunikasikan dengan guru



Setiap manusia itu unik. Ya, sebab tidak ada satupun manusia yang punya kepribadian sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Karena itu para ahli yang memeplajari manusia mulai mengeluarkan banyak hasil penelitiannya berupa karakteristik manusia. Dari dominasi otak kanan atau otak kiri, hingga gaya belajar; kinsetetik, visual, auditori.

Karena itu, sebaiknya setiap sekolah bisa selalu memahami dan menerapkan cara mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik setiap anak. Sebab anak tidak bisa disamaratakan lalu harus selalu memahami apa yang diajarkan dengan cara yang seragam. Maka belakangan ini ada begitu banyak sekolah yang menekankan poin tersebut, sebagai keunggulannya. Bahwa mereka sangat memahami keunikan setiap anak, lalu berjanji untuk memfasilitasinya.

Sayangnya, sekolah yang seperti itu biasanya membuat orangtua harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Oleh sebab itu, tidak semua orangtua mampu menyekolahkan anaknya di tempat-tempat yang seperti demikian. Masih banyak orangtua memilih sekolah konvensional, yang sarat dengan metode belajar seragam. Hal ini tidak akan menjadi perkara besar jika anak tersebut merupakan tipe auditori atau visual. Namun lain lagi dengan anak yang kinestetik.

Tipe Kinestetik adalah tipe gaya belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi melalui serangkaian aktivitas yang menggerakkan sebagian / seluruh anggota tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. 

Ciri-ciri anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:
  1. Menyukai kegiatan aktif baik sosial, kesenian, maupun olahraga. Sulit untuk duduk tenang, selalu ingin beregrak, dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  2. Gemar menyentuh semua yang dilihat dan ia kerap menggunakan gerakan/bahasa tubuh saat mengekspresikan diri/mengungkapkan emosinya saat itu.
  3. Mencari perhatian lewat perhatian fisik seperti menyentuh orang lain dan suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan menggunakan tangannya secara aktif.
  4. Jika ada mainan baru biasanya langsung ingin mencoba memainkannya.
  5. Biasanya anak-anak dengan kecerdasan kinestetik sudah mulai terlihat sejak usianya menginjak empat tahun.


Ya, tidak ada bedanya tipe belajar kinestetik dengan tipe-tipe belajar lainnya. Sayangnya, karena kurikulum Indonesia pada umumnya masih sarat dengan penyeragaman, maka anak-anak yang sangat aktif ini kerap dilabeli dengan "anak nakal". Apalagi jika mereka yang tidak mau duduk diam ini, bersekolah di sekolah konvensional. Mereka akan merasa amat bosan duduk dan mengikuti pelajaran di dalam kelas. Lalu biasanya jadi pengganggu karena tidak tertarik dengan aktivitas di kelas.

Hal ini tentu menjadi dilema bagi setiap orangtua. Apalagi pertimbangan biaya menjadi kendala utama. Ya, sebetulnya, tidak ada masalah jika orangtua terpaksa menyekolahkan anak di tempat konvensional. Namun memang, orangtua harus memenuhi hal-hal yang tidak teratasi di sekolah. Sebab, biasanya anak kinestetik mengalami banyak kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Orangtua harus selalu ada dan aktif berkomunikasi dengan guru, agar memahami benar perkembangan anak disekolah. Lalu mengejar ketertinggalan dengan memberikan pelajaran yang sama dengan cara yang mudah dipahami anak kinestetik.

Manusia beradaptasi, kan? Karena itu Dawna Markova, Ph.D. pernah mengatakan dalam bukunya, bahwa setiap anak memiliki potensi belajar KVA (Kinestetik-Visual-Audio), hanya saja dengan porsi yang berbeda-beda. Walau demikian tipe belajar setiap anak tidak selalu bertahan seperti itu. Memperkaya gaya belajar setiap saat itu sangat dianjurkan. Misalnya saja ketika kecil seorang anak lebih condong kepada gaya belajar kinestetik, setelah agak besar mungkin saja lebih condong dengan gaya audio, dan ketika dewasa bisa berubah menjadi visual.


Jadi tidak usah khawatir berlebihan saat si kecil menjadi "anak nakal" di kelas. Mungkin ia memiliki kecerdasan kinestetik lebih dominan dalam dirinya. Dukung dan penuhi kebutuhannya di rumah. Terapkan disiplin dengan cara yang bisa diikutinya, dan jangan menyerah untuk terus mengingatkan agar ia beradaptasi dengan lingkungannya. Toh ke depannya pun setiap manusia harus terus mampu beradaptasi di manapun ia berada, kan? Tugas berat memang menghantui Anda, tapi bukankah itu alasan mengapa Tuhan memilih Anda menjadi orangtua?

sumber 
keluarga dot com

SI “BIANG GADUH” DI KELAS

SI “BIANG GADUH” DI KELAS

M. Musrofi
Seorang Bapak bertanya, “Anak saya kelas 3 sd, tetapi tidak bisa konsentrasi setiap diterangkan pelajaran baik di sekolah/rumah, sampai-sampai dikelas disebut biang “gojek” (gaduh), tetapi dia mudah bergaul pada siapapun, mandiri & senang otak atik sesuatu. Bagaimana menurut bapak? Apa yang seharusnya saya lakukan?”

Jawaban:

Kalau anak bertipe visual maka mata adalah “jendela ilmu.” Tipe ini suka membaca. Kalau anak bertipe auditori, maka  telinga sebagai “jendela ilmu.” Tipe ini akan sangat bagus menyerap materi pelajaran dengan cara mendengar. Kalau anak bertipe kinestetik, maka praktek (menyentuh, merasa, dan membau) dan bergerak adalah “jendela ilmu.” Barangkali anak Bapak/Ibu bertipe kinestetik ini.  Coba Bapak/Ibu ikuti tips berikut ini saat mengajari anak di rumah: 

Biarkan anak bergerak-gerak di saat menghapal materi. Dia memang tidak bisa duduk diam lebih dari 15 menit atau 25 menit. Jadi jangan dipaksa duduk, biarkan ia bergerak-gerak untuk jeda.  

Dalam mengajari materi pelajaran, buat suasana seperti berdiskusi. Sebisa mungkin dengan menggunakan alat-alat peraga. Alat peraga tidak perlu beli. Misal : menghitung luas empat persegi panjang : ambil kertas folio, telunjuk anak diminta memegang sisi-sisi kertas itu, mana panjang, mana lebar., lalu bagaimana menghitung luasnya. Anak itu akan mengingat materi pelajaran bukan dari apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar, tetapi dari apa yang dia alami atau praktekkan.

Cara lain, bila akan mengingat materi pelajaran, dapat dilakukan dengan menutup mata lalu menulis dengan jari telunjuk materi yang diingat tersebut di udara (seperti pantomim)  Kalau membaca, jari telunjuknya diminta aktif (menunjuk kalimat yang tengah dibaca). Kalau materi pelajaran berupa bacaan panjang lebar, diringkas menjadi penggalan-penggalan kalimat. Anak bertipe ini memang tidak suka membaca panjang lebar. Anak bertipe ini perlu melakukan gerakan-gerakan fisik untuk bersiap-siap menghadapi tes atau ujian.

Intinya adalah anak itu akan termotivasi belajar dan mengingat materi pelajaran dengan baik dengan cara bergerak, mengalami atau praktek. Jadi anak itu bukannya tidak bisa konsentrasi dalam belajar, tetapi memang cara belajarnya dengan cara bergerak dan praktek. Nah, Bapak/Ibu perlu dicoba tips tersebut di rumah. Kalau berhasil bagus, mungkin gurunya perlu diberitahu. Yang penting, dicoba dulu tips sederhana tersebut di rumah.

Memang agak sulit ya bila anak itu berada di kelas. Dia cenderung bergerak dan mungkin juga ingin mengajak bicara dengan teman sebangku. Maka anak ini disebut “biang gaduh”, padahal sekali lagi memang cara belajar anak ini dengan bergerak-gerak. Hasil penelitian menunjukkan : para pelajar kinestetik paling berisiko gagal mengikuti pelajaran di kelas. Oleh karena pola pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas adalah pola visual (guru menjelaskan dengan grafik, tulisan, gambar, dll) dan auditorial (guru menjelaskan secara lisan), bukan dengan praktek dan banyak gerakan.

Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar, accu (aki), pengeras suara, dan lain-lain, adalah tipe kinestetik : suka bergerak-gerak dan suka praktek. Barangkali seperti anak ibu yang suka otak-atik. Edison adalah ”biang gaduh” di kelas. sampai gurunya ”judheg”, lalu Edison dipukul gurunya dengan rotan. Lalu ibunyalah yang mendidik dia sampai menjadi orang besar, dengan ribuan temuan.

Nah, soal anak yang suka otak-atik, bagus sekali apabila aktivitas ini benar-benar Bapak/Ibu dukung dan diberikan fasilitas obyek otak-atik tersebut. Coba per tiga bulan sekali, anak diminta membuat sesuatu dari otak-atiknya itu. Yang perlu ditekankan tidak ada pemaksaan. Mudah-mudahan, anak itu bisa membuat karya-karya inovatif. Mudah-mudahan anak itu nantinya jadi penemu besar seperti Edison, asal ibunya sabar mengasuh. Karena ”banyak Edison-Edison kecil” seperti anak Bapak/Ibu, yang kandas di tengah perjalanan hidupnya, karena selalu disalahkan di sekolah dan di rumah.

sumber:www.sdsukses

Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan untuk membangun hubungan penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk menciptakan gerakan.


Kecerdasan Kinestetik ini penting dan bermanfaat:
Meningkatkan kemampuan psikomotorik
Meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas
Membangun rasa percaya diri dan harga diri
Meningkatkan kesehatan.

Indikator Kecerdasan Kinestetik:
Cepat menerima informasi
Mampu memainkan alat musik yang menggunakan jari
Mampu menggambar objek secara detail
Senang bergerak

Ciri-ciri:
Aktif atau tak mudah lelah
Menggunakan anggota tubuh untuk berkomunikasi
Cenderung ingin menyentuh sesuatu yang menarik perhatian

Contoh Karir:
Atlet
Dokter gigi
Koreografer
Mekanik
Ahli bedah

Stimulasi yang cocok:
Gunakan gerakan dalam mengajar
Berikan kesempatan untuk menyentuh dalam pengarahan
Libatkan dalam berbagai kegiatan
Ajaklah untuk berolah raga
Berikan buku-buku mengenai kreativitas, dan olah raga

Contoh game:
Bermain hula-hula
Bermain musik
Melompat
Meniti balok
Menari
Bersepeda, sepatu roda, skateboard

Siswa Berkarakter Kinestetik Perlu Diperhatikan


Setiap guru di Indonesia tidak banyak yang mengerti soal karakteristik psikologi anak. Banyak dari mereka yang mengacu pada karakteristik auditori dan visual, sedangkan karakter kinestetik dianggap sebagai kenakalan.

Psikolog yang berkecimpung di Yayasan Anak Indonesia Suka Baca, Kamis (28/6), Linda Saptadji mengatakan,

karakteristik anak menjadi salah satu tantangan bagi pendidikan di Indonesia, terutama bagi anak yang memiliki karakter kinestetik. Guru sering mempersepsikan mereka sebagai anak yang nakal karna banyak bergerak”.

Tidak semua pelajaran memiliki sesi praktik, sehingga harus ada usaha lebih untuk bisa menerjemahkan pengetahuan yang guru berikan dalam bentuk praktik,” jelasnya Linda. “Karena pada saat mapping terserah anak mau menulis apa dan mereka mempertanggungjawabkan apa yang mereka tulis,” kata Linda. Mayoritas guru di sekolah lebih mengacu pada karakteristik visible dan auditorial, sehingga anak yang berkarakter kinestetik tidak terangkul secara maksimal dalam mencerna pelajaran.

Guru-guru di Indonesia belum dikomunikasikan untuk menangani kriteria anak. Kasihan, karena mereka itu memiliki karakteristik yang unik. 


Tidak satisfactory jika kita menghadapi mereka dengan cara yang sama. "Guru-guru di Indonesia belum dikomunikasikan untuk menangani kriteria anak. Kasihan anak-anak, karena mereka itu kan memiliki karakteristik yang unik. Tidak fair jika kita menghadapi mereka dengan cara yang sama," ungkap Linda Saptadji, psikolog yang berkecimpung di Yayasan Anak Indonesia Suka Baca, di Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Linda mengatakan, karakteristik anak memang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan saat ini, khususnya anak-anak yang memiliki karakter kinestetik. Linda melanjutkan, anak kinestetik memiliki problema dalam menangkap pelajaran. Akibatnya, anak-anak kinestetik belajar dengan cara-cara motorik. Guru juga diminta untuk mencari strategi baru dalam mengajar dan mendidik perkembangan anak-anak didiknya. "Karena pada saat mapping terserah anak mau menulis apa dan mereka mempertanggungjawabkan apa yang mereka tulis," kata Linda. “Bukan menjadi guru yang pemarah dan senang menjatuhkan muridnya,” katanya. Karena itu, kata Sudibyo, dalam mengajar banyak hal yang harus diperhatikan agar seorang guru bisa menjunjung tinggi komitmen, konsisten, dan konsekuen terhadap pekerjaannya. 

Guru yang berkarakter akan mengajar dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Kemapuan visual, auditori dan kinestetik (kepekaan). “Jadi seorang guru bisa memahami kendala siswa dalam menyerap pelajaran. Metode seperti eksplorasi, eksploitasi, dan elaborasi, sangat membantu setiap siswa yang kesulitan dalam pelajaran. Anak merupakan individu yang berkarakter, memiliki ciri khas tersendiri. Sama halnya dengan siswa dalam kelas. Jumlah yang kurang menguntungkan untuk pembelajaran. Tipe belajar visual ialah cara anak belajar dengan cara melihat. Anak dengan tipikal ini cenderung lebih mudah belajar karena hanya dengan melihat ia bisa dengan mudah menangkap pelajaran.

Anak kinestetik merupakan kelompok anak yang cenderung mengalami kesulitan belajar karena mereka harus mengalami sendiri suatu peristiwa agar cepat paham. Mereka sangat kesulitan jika belajar hanya dengan membaca dan mendengar. Apabila guru mengenali tipe belajar masing-masing anak, hal tersebut akan mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dapat memilih media yang paling tepat sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelasnya. Angket-angket tersebut berisi pertanyaan tentang kebiasaan anak visual, auditory, dan kinestetik. Keuntungan memahami tipe balajar anak bukan hanya bermanfaat bagi guru tapi untuk anak sendiri dan orang tua. 

"Ketika anak memahami tipe belajarnya ia akan belajar memahami sesuatu 
dengan caranya sendiri. "


Contoh, orang tua yang memiliki seorang kinestetik, mereka harus memahami bahwa anak kinestetik memang memiliki kesulitasn belajar. Ketika orang tua memahami cara belahar anak, ia akan menuntun mereka perlahan, membimbing, mengarahkan dan hal terlarang bagi orang tua adalah menuntut anak dengan ekspektasi yang tinggi. Kita tidak bisa menyamakan diri kita sendiri dengan mereka. Mereka jelas hidup di zaman yang berbeda maka pola didik yang dibutuhkan tak bisa disamakan. Tuntutan yang berlebihan, ekspektasi berlebihan akan membuat mereka bekerja keras dan sampailah pada titik kejenuhan, frustasi karena tidak bisa melakukan apa yang diharapkan orang lain. Biarkan mereka berekspresi, melakukan hal positif yang mereka suka. 

Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan berkarakter pada peserta didik sekolah menengah untuk membentuk dasar berpikir yang lebih dewasa. Tujuan; Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Hasil; Pendidikan berkarakter bagi siswa sekolah menengah dapat terwujud dengan melakukan hal-hal antara lain; pendidikan karakter secara terpadu melalui pembelajaran, pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemant sekolah, dan pendidikan secara terpadu malalui kegiatan ekstrakurikuler. 

Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh siswa tidak lepas dari peran guru yang turut memberikan pengaruh besar pada pendidikan itu sendiri. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Pendidikan karakter diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

sumber:duniapsikologiuntukanda.blogspot

Kamis, 28 Juli 2016

Pembelajaran Anak Kinestetik

Bagaimana cara menghadapi anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik?
Agak malas dalam menerima pelajaran?
Serta bagaimana cara melatih konsentrasi anak dengan gaya belajar kinestetik agar bisa lebih fokus dalam belajar?


 akan kita bahas dalam uraian berikut.

Anak malas belajar merupakan dilema yang sering dihadapi orang tua dan para pendidik. Berikut cara mendidik Anak Usia Dini sehingga dapat memotivasi anak agar semangat dan rajin belajar :

Pertama-tama, sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu penyebab anak malas belajar.

Bukan berarti anak enggan belajar karena ia tidak pintar atau malas. Ada dua faktor penyebab anak malas belajar, pertama dari dalam dirinya belum ada motivasi untuk belajar. Hal itu disebabkan karena anak belum tahu manfaat belajar dan tujuannya untuk belajar. Tugas kita untuk memberi pemahaman mengenai pentingnya belajar. Selain itu, kelelahan fisik bisa menjadi faktor lainnya. Sedangkan faktor dari luar, bisa berupa minimnya sarana belajar seperti alat tulis atau meja belajar agar mereka dapat belajar dengan nyaman.

Berkomunikasi dengan anak.

Komunikasi bisa berupa motivasi pada anak dengan berbagai bentuk.
Menciptakan lingkungan belajar yang positif. Suasana belajar yang menyenangkan juga menjadi syarat penting untuk membuat anak rajin belajar.

Jeda waktu belajar.

Belajar akan lebih efektif jika ada jeda waktunya. Misalnya dalam waktu 1 jam belajar, beri jeda waktu tiap 30 menit. Biarkan anak melakukan hal-hal yang bisa menghilangkan kejenuhannya. Anak hanya mampu berkonsentrasi penuh paling lama 20 menit. Selebihnya daya konsentrasi menurun.

Kenali tipe belajar Kenali paling dominan saat anak belajar.

Apakah itu tipe auditori, yaitu anak lebih menerima dengan cara mendengarkan, tipe visual di mana anak lebih cepat belajar dengan melihat, atau tipe kinestetik alias fisik. Anak yang belajar dengan metode kurang tepat hasilnya tidak akan maksimal.

Sesekali memberinya hadiah atau sekadar memberi pujian dapat menjadi motivasi bagi anak agar semangat dan rajin belajar. Bisa juga dengan cara memberikan tepukan telapak tangan, ajungan jempol, menempelkan foto mereka yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik di album dinding yang telah disediakan (yang menempel anak-anak sendiri).

Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggunakan seluruh tubuh (fisik) untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.

Kemampuan inti dari gaya belajar kinestetik bertumpu pada kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh (koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan) dan keterampilan yang tinggi untuk menangani benda (keterampilan tangan, koordinasi mata-tangan, kepekaan sentuhan).

Untuk dapat meningkatkan semangat belajar dan melatih kosentrasi anak dengan gaya belajar kinestetik agar dapat lebih fokus dalam pembelajaran, seorang guru sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :
  1. Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang lebih menarik, menyenangkan, dan bervariasi agar dapat membuat anak berminat dan antusias terhadap proses pembelajaran tersebut.
  2. Guru hendaknya melakukan pendekatan secara sosial emosional terhadap anak, agar anak berani berekspresi dalam kegiatan gerak dan lagu.
  3. Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks kehidupan anak, yang mudah diingat oleh anak dan dapat dijadikan pedoman dalam perilakunya.
  4. Dalam setiap pembelajaran kegiatan gerak dan lagu hendaknya guru tidak selalu memberi contoh agar anak bisa berkreasi dengan gerakannya sendiri sesuai imajinasi dan kemauannya sendiri.


Pembelajaran untuk anak kinestetik dapat dilakukan dengan cara mengajak anak-anak melakukan kegiatan atau permainan yang menarik dan menyenangkan, diantaranya :


A. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KOORDINASI TUBUH.

Kegiatan ini didasarkan pada kemampuan anak dalam menyinkronkan berbagai gerakan, baik motorik kasar maupun motorik halus, misalnya :

1. Bersepeda dengan penghalang. 
"Bersepeda dengan penghalang" merupakan kegiatan mengendarai sepeda yang melibatkan koordinasi kaki-mata-tangan. Selain mengharuskan anak menfokuskan perhatian pada jalan dan penghalangnya sekaligus, kegiatan ini juga mengharuskan anak mengkoordinasikan gerak kaki-tangan dan kecermatan persepsi indrawi atau mata. Kegiatan yang dilakukan yaitu membimbing anak memedal dan menguasai setang sepeda agar dapat membuat gerakan mengelilingi rintangan-rintangan yang telah kita buat.
2. Menangkap Bola Memantul.
Menangkap Bola Memantul merupakan kegiatan menangkap bola pantulan yang dilakukan orang lain kepada anak. Kegiatan ini juga bertujuan merangsang kemampuan anak menangani benda-benda dengan koordinasi tubuh, terutama tangan dan mata. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengajak anak-anak ke halaman membentuk sebuah lingkaran, kemudian guru yang berada di tengah lingkaran memantulkan bola kehadapan anak satu persatu dan beri kesempatan agar anak menangkap bola tersebut.
3. Lomba Mengancingkan.
Lomba Mengancingkan merupakan kegiatan mengaitkan kancing dengan lubang kancing. Kegiatan ini juga bertujuan mengasah kemampuan koordinasi tangan. Kegiatan yang dilakukan yaitu guru menyiapkan beberapa pakaian yang berkancing, dan memberikan contoh  bagaimana cara memasukkan dan mengeluarkan kancing. Setelah itu, membuat perlombaan siapa yang paling cepat melakukannya.


B. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KESEIMBANGAN TUBUH.

Kemampuan ini dapat dirangsang dengan berbagai kegiatan yang didasarkan pada kemampuan tubuh untuk menyeimbangkan gaya dan rangsang, misalnya:
1. Berdiri di Atas Kaleng.
Berdiri di Atas Kaleng, merupakan kegiatan berdiri di atas kaleng dengan dua kaki selama beberapa saat. Kegiatan ini juga bertujuan mengembangkan keseimbangan tubuh anak yang bertumpu pada kaki. Kegiatan yang dilakukan yaitu guru menyiapkan susunan beberapa kaleng biskuit (berdiameter 30 cm dan tinggi 10 cm) yang diisi dengan pasir dan bimbing anak agar bisa melewati semua kaleng tersebut. Pertama-tama bisa dengan cara berjalan seperti biasa kemudian dengan melompat.
2. Berdiri Satu Kaki.
Berdiri Satu Kaki merupakan kegiatan berdiri dengan mengangkat salah satu kaki dan menjadikan satu kaki yang lain sebagai tumpuan kekuatan. Kegiatan ini juga bertujuan mengembangkan keseimbangan tubuh anak yang bertumpu pada satu kaki. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengajak anak-anak bersama-sama menirukan gaya bangau berdiri dengan satu kaki (silangkan tangan di dada dengan jari menyentuh pundak), sambil ajak mereka berhitung. Anak yang paling lama berdiri, dialah yang berhak dijuluki Si Kuat. 
3. Membawa Kelereng.
Membawa Kelereng merupakan permainan membawa kelereng dalam wadah dari satu titik ketitik yang lain dengan media tertentu.


C. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KETERAMPILAN.

Keterampilan sebagai kecakapan motorik halus pada anak dapat dirangsang dengan berbagai kegiatan yang menekankan kemampuan menangani benda-benda dan membuat bentuk tertentu, misalnya :
1. Kolase Kertas.
Kolase Kertas merupakan komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan, baik kain perca, kertas maupun kayu.
2. Mencocok Gambar.
Mencocok Gambar merupakan kegiatan memotong kertas dengan cara menusuk-nusuk pinggiran gambar (pada kertas) sehingga membentuk gambar tertentu. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan tangan atau motorik halus anak.
3. Menebalkan dan Menyalin.
Menebalkan dan Menyalin merupakan kegiatan menandaskan garis pada gambar atau tulisan. Kegiatan ini juga bertujuan menguatkan kemampuan motorik halus anak atau mengembangkan keterampilan menggunakan tangan.
4. Meronce.
Meronce merupakan kegiatan merangkai benda, seperti bunga, manik-manik, dan potongan sedotan. Kegiatan ini juga bertujuan mengembangkan kemampuan atau keterampilan menggunakan tangan. Penekanan bukan pada pola, tetapi pada kemampuan merangkai.
5. Menata.
Menata merupakan kegiatan menempatkan suatu benda secara rapi dan sistematis. Kegiatan ini juga bertujuan mengembangkan kemampuan anak menangani benda dalam hal penyimpanan dan penempatannya.


D. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KEKUATAN FISIK.

Anak-anak dengan fisik yang kuat cenderung tidak mudah terjatuh dan lelah pada saat melakukan aktifitas fisik. Rangsang kekuatan fisik harus dilakukan secara matang, tidak melebihi kapasitas beban anak dan dengan cara-cara yang menyenangkan, misalnya :
1. Panjat Tali.
Panjat Tali” merupakan bagian dari kegiatan memanjat (naik), menyeberang (melintas), dan menuruni (turun) dengan media tali, baik tali anyam maupun tali beban. Kegiatan ini juga bertujuan mengembangkan kekuatan fisik anak.
2. Meniti Titian Tali.
3. Bergelantung.
Bergelantung merupakan kegiatan mengayunkan diri pada palang sejajar atau besi palang tunggal atau alat panjat yang di ubah fungsinya sebagai palang gelantung. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan kekuatan fisik anak terutama kekuatan otot tangan.
4. Jalan Jongkok.
Jalan jongkok merupakan kegiatan berjalan dalam posisi berjongkok. Kegiatan ini juga bertujuan menguatkan kekuatan fisik terutama kekuatan kaki.
5. Melompat.
Kegiatan Melompat misalnya membuat permainan pohon alfabet/angka, games bisa dilakukan diluar ruangan. Kita gantungkan alfabet/angka di pohon dengan ketinggian variasi, anak kinestetis akan senang jika melompat-lompat berusaha untuk mencari huruf/angka yang tergantung dan mengumpulkannya sehingga membentuk satu suku kata.


E. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KELENTURAN TUBUH.

Kelenturan terkait dengan keluwesan dan estetika dari gerakan-gerakan terencana dari manusia. Kelenturan juga meliputi kegiatan yang lentur, lancar dan tidak kaku, misalnya :
1. Demonstrasi Gerak.
Menari merupakan paduan gerakan badan (tangan, dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Menari juga bertujuan merangsang kemampuan gerak dan kelenturan tubuh.
2 .Menirukan Gerak.
Meniru Gerak merupakan kegiatan menirukan gerakan-gerakan luwes yang dilihat atau dipersepsikan. Kegiatan ini juga bertujuan merangsang kepekaan terhadap gerakan luwes yang bernilai estetis (indah).
3. Mencipta dan meluweskan Gerak.
Mencipta dan Meluweskan Gerak merupakan kegiatan membuat gerakan spontan dan meluweskan gerakan spontan tersebut.


F. MELATIH KOSENTRASI MELALUI KECEPATAN DAN KETANGKASAN GERAK.

Kecepatan dan ketangkasan gerak adalah latihan mematangkan gerakan sehingga dikuasai gerakan yang lancar, lincah, cepat, dan tangkas. Gerakan yang cepat dan tangkas muncul dari individu yang cerdas dalam kinestetik, misalnya :
1 . Berlari.
Berlari juga berfungsi menguatkan fisik anak dan merangsang ketangkasan dan kecekatan gerak motorik kasar. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu lomba berlari, kejar-kejaran, permainan sepak bola dan sebagainya.
2. Tangkis Tangan.
Menangkis disini dalam bentuk permainan bukan menangkis yang sesungguhnya. Misalnya, guru menunjukkan jari telunjuk yang berdiri, minta anak memegangnya dan secepatnya guru menghindar sehingga jari guru tidak terpegang.

Dan masih banyak lagi kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan, misalnya : berenang, memanjat, melatih kosentrasi melalui kepekaan sentuhan (Halus-Kasar, Basah-Kering, Panas-Dingin), dan sebagainya. Tetapi perlu kita ingat agar anak kinestetik tersebut tidak cepat bosan, kita tidak perlu memberi rentang waktu yang lama untuk setiap kegiatannya.

Sekian uraian tentang Pembelajaran Untuk Anak Kinestetik semoga bermanfaat.
dari dunakpaud.blogspot 

Tipe Anak Pembelajar Kinestetik

Seorang anak yang termasuk pembelajar kinestetik kadang disalahartikan sebagai ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Anak-anak dengan tipe pembelajar kinestetik mudah stres ketika mereka hanya disuruh duduk diam, membaca dan mendengarkan di lingkungan kelas. Dan untuk meredakan stress yang mereka alami, mereka mungkin melakukan beberapa tindakan seperti berulang-ulang ke belakang, atau meraut pensil mereka di kelas. Sementara di kursi mereka, mereka mulai menggeliatkan kaki mereka, menggoyang-goyang atau bersandar di kursi mereka. Ketika perilaku ini tidak dapat diterima  guru atau pengasuh, mereka sering disalahartikan dengan gangguan perhatian.

Penting bagi kita untuk mengidentifikasi karakteristik umum dari pembelajar kinestetik dan menemukan metode pengajaran sesuai dengan gaya belajar anak. Dalam beberapa hal, semua anak adalah pembelajar kinestetik/fisik juga. Mereka ingin menyentuh dan membenamkan diri dalam kegiatan belajar dengan konsep dan ide-ide baru. Beberapa anak mungkin mengadopsi gaya belajar lainnya seiring berjalannya waktu, tetapi pembelajar kinestetik mempertahankan gaya belajarnya yang kuat. Mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan belajar terbaik.



Pada dasarnya, anak dengan tipe pembelajar kinestetik memiliki karakter sebagai berikut:

–  Suka menyentuh, merasakan dan memegang sesuatu
–  Rentang perhatian pendek
–  Menyukai kegiatan yang membuatnya terus bergerak dan bekerja
–  Lebih memilih untuk menunjukkan daripada menjelaskan sesuatu
– Mereka dapat mempelajari sesuatu dengan tangan secara lebih baik, suka mencoba segala sesuatunya sendiri.

Membuat anak-anak duduk belajar di dalam lingkungan kelas akan sangat menantang. Meskipun anak-anak mungkin cenderung  tidak dominan kinestetik, namun kita akan melihat bahwa menjelajahi lingkungan di luar ruangan dan melakukan kegiatan prakarya adalah alat belajar yang terbaik untuk anak-anak. Kegiatan-kegiatan serupa untuk pembelajar kinestetik membantu karena membuat mereka bergerak dan anak-anak pun mampu menyentuh dan merasakan sesuatu saat mereka belajar.

Menjelajahi Pantai

Anak-anak suka pergi ke pantai untuk bermain pasir, ini membuatnya dapat menyentuh dan merasakan secara langsung hal-hal yang ia sukai. Anda dapat membangun istana pasir, dan pada saat yag sama anda dapat mengajarinya menulis di atas pasir. Memilih beberapa kerang; mengamati bentuk dan warna kerang. Bahkan kerang berwarna putih pun dapat disulap menjadi cantik dengan mewarnainya menggunakan cat air.

Menjelajahi Taman

Menjelajahi taman adalah cara terbaik untuk mengenalkan anak tentang tanaman dan pohon. Berjalan-jalan di sekitar taman dan menunjukkan kepada mereka berbagai bentuk pohon, mengumpulkan beberapa biji, mengamati buah-buahan,menyentuh daun, dan bau bunga-bunga. Kegiatan belajar seperti ini membantu anak untuk mempelajari ilmu biologi/botani yang diajarkan di sekolah dengan baik, sementara mungkin teman-temannya  berjuang dalam mengenali pohon dan bunga dari buku teks.

Membangun Model

Blok atau lego adalah mainan paling umum untuk anak-anak dari segala usia dan mereka selalu senang memainkannya. Mainan seperti itu sangat serbaguna dan mengilhami anak-anak untuk belajar dan menjadi kreatif. Tergantung pada usia anak-anak Anda, jika usia mereka lebih tua, Anda juga bisa membuat pesawat, dinosaurus atau hewan. Anda harus mempertimbangkan mainan ini sebagai salah satu investasi Anda dalam mengembangkan pembelajaran anak-anak Anda.

Berpartisipasi dalam drama dan memainkan peran

Dorong anak Anda untuk berpartisipasi dalam drama di sekolah. Mereka memiliki kesempatan untuk menggunakan tubuh dan gerakan untuk berekspresi. Ini adalah sarana belajar yang baik untuk anak kinestetik.

Melakukan kegiatan memasak

Melibatkan anak-anak dalam kegiatan memasak adalah pengalaman belajar yang besar bagi mereka. Menghabiskan waktu bersama ibu di dapur menambah pengetahuan mereka  tentang pengukuran volume (ketika ibu mengukur bahan-bahan yang digunakan untuk kue), memahami berbagai ukuran, bentuk dan benda tiga dimensi (dari peralatan dapur dan peralatan masak), mengenali suhu (pengaturan suhu pada oven) dan melatih keterampilan koordinasi tangan-mata. Ini adalah ide yang bagus untuk melibatkan mereka dalam memasak karena mereka menikmatinya sambil membantu Anda dalam salah satu pekerjaan rumah tangga sehari-hari.

Jika anak Anda adalah pembelajar kinestetik, buatlah ia terlibat dalam kegiatan belajar, karena ini adalah pilihan untuk metode belajarnya. Biarkan anak Anda senang dan berhentilah untuk memberinya label sebagai anak yang tak mau diatur/nakal.

sumber:bundapiaradaku dot wordpress

Sabtu, 16 Juli 2016

sitemap

sitemap

Kamis, 14 Juli 2016

Peran Kecerdasan Kinestetik Terhadap Kecerdasan Intelektual


Kecerdasan kinestetik akan mempunyai pengaruh kepada kecerdasan intelektual siswa apabila guru mempunyai keberanian menghilangkan cara-cara pengajaran yang konvensional.Karena dengan masih maraknya pengajaran konvensional, pengembangan potensi siswa akan kurang maksimal.Guru hanya mentransfer isi buku kepada siswa.Supaya siswa benar-benar berkembang kinestetiknya,aktivitas kelas diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan jasmaniah/kinestetik hendaknya mengandung berbagai kekuatan manipulatif dalam memecahkan masalah-masalah abstrak.Aktivitas yang memasukkan gerakan fisik, seperti:perjalanan lapangan, permainan peran/akting, pelatihan mandiri, kerja tim, baik dalam olah raga maupun permainan akan menstimulasi kecerdasan kinestetik.Aktivitas-aktivitas kelas memungkinkan siswa bisa mengembangkan dan mempraktikkan kecerdasan jasmaniah/kinestetik mereka.Seluruh kegiatan dalam pelajaran memberikan peluang untuk menggunakan dan mengekplorasi aneka gerakan dan menggunakan objek-objek fisik dalam pembelajaran mereka.


Salah satu aktivitas kelas yang memanfaatkan lingkungan sekitar siswa dan dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik adalah dalam pembelajaran IPS, khususnya dalam memahami Peta Buta.Untuk lebih memahami peta buta, siswa dapat memanfaatkan barang-barang tak terpakai, yaitu koran bekas yang digunakan untuk membuat peta.Siswa akan menggunakan seluruh gerak tangannya untuk membentuk tumpukan koran yang sudah diproses menjadi bubur kemudian diubahnya menjadi peta-peta kecil sesuai materi siswa.Pembuatan peta dari koran bekas ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan intelektual siswa.

Dengan bekerja bersama, menggerakkan tubuhnya, siswa akan merasa gembira dalam belajar.Belajar dengan kegembiraan akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan kinestetik.Kecerdasan kinestetik memberi ciri pada kemampuan untuk mengontrol dan menafsirkan aneka gerakan tubuhnya sendiri.Siswa yang menikmati olah raga dan aktivitas fisik, mempunyai pengertian yang bagus tentang arah dan menggerakkan tubuh mereka dengan pengertian ketepatan waktu yang tajam.Siswa yang kuat dalam kecerdasan jasmaniah/kinestetik mampu melakukan motorik kecil dengan baik dan bisa melakukan aktivitas-aktivitas seperti menyusun, memahat, membongkar, membuat sesuatu, dan mengumpulkan kembali dengan mudah.

Elemen dasar dari kecerdasan jasmani-kinestetik adalah kemampuan mengendalikan gerakan tubuh dan kemampuan memainkan obyek dengan terampil. Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan ini juga meliputi ketangkasan. jitu, dan kemampuan melatih respons hingga menjadi gerak refleks. Anak dengan kendali motorik halus yang baik masuk dalam kategori cerdas kinestetik. Awalnya, kecerdasan ini dianggap remeh.

Ketika Gardner pertama kali menyematkan kata kecerdasanpada kemampuan jasmani, banyak orang yang terkejut. Namun perlahan-lahan, semakin banyak orang mengakui jenis kecerdasan kinestetik karena individu-individu yang menciptakan penemuan baru di bidang gerakan olahraga dan tari semakin sering dijumpai. Anak-anak dengan kecerdasan jasmani-kinestetik yang menonjol akan menyukai kegiatan-kegiatan fisik, dapat melakukan sesuatu dengan hanya melihat orang lain melakukannya, serta tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu yang lama. Anak dengan kecerdasan kinestetik biasanya menonjol di bidang olahraga dan menari.



Ciri-cirinya:
- Belajar dengan melakukan sesuatu
- Lebih senang menyentuh dibandingkan sekadar melihat
- Suka mencari tahu cara kerja sesuatu
- Menyukai kegiatan luar ruang
- Tidak bisa duduk diam untuk waktu lama
- Punya energi fisik yang besar
- Atletis


Profesi yang cocok untuk anak yang memiliki kecerdasan kinestetik:
Atlet, aktor/aktris, penari, instruktur fisik, terapis fisik, mekanik, pemadam kebakaran, tentara, paramedis.

Kiat Belajar untuk Si Cerdas Kinestetik


Anak dengan kecerdasan kinestetik perlu bergerak untuk belajar. Anak-anak ini tidak bisa belajar dari sekadar mendengar atau melihat sesuatu-mereka perlu melakukannya. Hal berikut ini dapat membantu proses pembelajaran si cerdas kinestetik.


1. Mengunyah. Jika anak diperbolehkan mengunyah permen kenyal di kelas, mungkin hal itu bisa membuat dia lebih iama diam di tempat duduknya karena dia mulutnya bisa bergerak-gerak. Namun ajari anak untuk menutup mulut dan tidak mengeluarkan suara saat mengunyah agar tidak mengganggu teman sekelasnya.


2. Mewarnai. Anak bisa mewarnai buku catatan pelarajaran atau peta. Kegiatan itu membuat dia tetap sibuk beraktlvitas yang membuat dia lebih mudah menyerap pelajaran.


3. Mengetik. Dengan menggunakan komputer atau kalkulator, jari-jari anak selalu bekerja, Dia bisa bereksperimen dengan bentuk dan warna huruf berbeda saat mengetik di komputer supaya dia lebih terstimulasi.


4. Berjalan. Beberapa sekolah punya kelas khusus bagi anak dengan kecerdasan kinestetik. Di sela-sela pelajaran, mereka boleh berjalan-jalan mengitari ruang kelas. Jika si kecil sedang belajar di rumah, sesekali dia perlu rehat untuk berjalan-jalan sejenak.


5. Variasi media. Sekali lagi, si cerdas kinestetik belajar dengan optimal meialui tindakan. Aneka media peraga, seperti boneka tangan dan percobaan langsung di laboratorium, hingga aktivitas luar ruang seperti field trip dapat memenuhi kebutulian mereka. Diskusikan hal ini dengan pihak sekolah. 


6. Yo-yo. Mungkin terdengar aneh, tapi bagi sebagian anak dengan kecerdasan kinestetik, gerakan dan suara yoyo membuat mereka bisa menyerap informasi lebih baik.



Menurut Prof Howard Gardner, setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda dengan kadar pengembangan yang berbeda pula. Psikolog dari Harvard University ini mengembangkan model multiple intelligences. Ia membagi kecerdasan menjadi delapan macam kecerdasan, di antaranya kinestetik, yaitu kecerdasan fisik.

Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Apa maksud kecerdasan fisik atau kinestetik itu? Kecerdasan fisik (kinestetik) yaitu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, kekuatan, keterampilan dan mengekspresikan dirinya terkait dengan olah tubuh. Anak-anak kinestetik ini menyukai hal-hal berkaitan dengan gerak, seperti berolah raga, seni (pantomim, akting, koreografer), dan keterampilan tangan.

Tipe kinestetik anak, katanya, sudah bisa terlihat sejak usia empat tahun. Anak tersebut senang bergerak. Saat masuk ke bangku sekolah, gelagatnya lebih nyata. Anak kinestetik menyukai olahraga, lebih memilih ekstrakurikuler olahraga dibandingkan sains. Maksud bergerak di sini tentu saja bergerak yang masih terkendali, teratur, bukan gerakan asal-asalan dan tak bertujuan.

Keunggulan anak kinestetik, sangat cepat menghafal berkaitan dengan gerakan dan urutan. Menari, misalnya, membutuhkan gerakan yang berurutan, tidak asal gerak. Begitu pula olahraga. "Anak-anak termasuk kinestetik terlihat ketika menari sangat luwes, terampil, tidak kaku. Olahraga pun begitu, semangat, lincah, menguasai, dan lebih unggul dibandingkan yang lain."

Sayangnya, kelebihan anak kinestetik ini sering kali dibenamkan oleh orang tuanya. Banyak kalangan, termasuk orang tua menganggap, kecerdasan fisik urutan nomor sekian dibandingkan prestasi sekolah (akademik, red). Mahir di bidang olahraga atau seni tidak menjamin kehidupan yang layak. Makanya, banyak orang tua lebih bangga anaknya sukses di bidang sains dan bahasa dibandingkan bidang olahraga atau seni. Akibatnya anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik merasa kurang dihargai.

Selain itu, telanjur ada anggapan anak yang memiliki kecerdasan fisik pasti lemah di bidang akademik. "Anggapan itu tidak bisa dibenarkan." Sebab, kata dia, banyak juga anak yang memiliki kecerdasan fisik, mendapat nilai bagus pula pelajaran lainnya. Ini semua tergantung dari gaya belajar yang ditanamkan orang tua.

Mengaitkan gaya belajar
Kelebihan anak-anak kinestetik lebih cepat menghafal dengan olah tubuh. Karena itu, gaya belajar anak kinestetik harus dikaitkan dengan gerakan atau olah tubuh. Misalkan, bagaimana proses hujan turun, anak kinestetik jangan disuruh menghafal kalimat demi kalimat. Tapi, dengan memberi contoh melalui gerakan-gerakan tangan pasti cepat dicerna. Bisa juga tentang gaya tarik bumi dengan menjatuhkan bola basket dan contoh lainnya. Semua itu membutuhkan kreativitas dari orang tua.

Ada kelemahan dari anak kinestetik, yaitu cenderung tidak bisa diam dalam jangka waktu lama. "Maunya bergerak terus,". Namun, ia menyarankan orang tua agar tidak khawatir karena seiring perkembangan usianya, anak kinestetik bisa lebih tenang. Sebab, kinestetik ini bukan gangguan atau kekurangan dari seseorang melainkan salah satu cara kemampuan mengekpresikan diri.

Yang perlu diketahui, semua orang mempunyai kecerdasan kinestetik dengan level yang berbeda. Ada yang lebih dominan, tapi ada juga yang kecerdasan fisiknya tidak unggul dibandingkan kecerdasan lain.Jika anak Anda termasuk golongan kinestetik, berikan dukungan kepadanya. Orangtua juga dapat melengkapi kelebihan lain dikaitkan dengan kecerdasan fisik.

Info Kecerdasan Kinestetik

Mengidentifikasi kecerdasan kinestetik
Anak suka aktivitas yang melibatkan motorik halus dan kasar.

Kecerdasan kinestetik dan otak
Area kecerdasan kinestetik terletak pada cerebellum dan thalamus,ganglion utama dan bagian otak yang lain. Korteks motor otak mengendalikan gerakan tubuh. Orang-orang dengan kecerdasan ini menunjukkan keterampilan menggunakan jari atau motorik halus.

Perilaku kinestetik
Gemar mengulik, mencari tahu bagaimana cara kerja sesuatu. Tak memerlukan penjelasan orang lain atau membaca manual.

Kreativitas
Kecerdasan ini melahirkan olahragawan, ilmuwan, penulis, artis, musisi, penari, dan tenaga kreatif lain yang memungkinkan otak dan tangan mereka bergerak tanpa mengikuti format baku.

Reaksi masyarakat
Masyarakat kerap menganggap kinestetika sebagai hiperaktivitas ketimbang suatu kecerdasan. Akibatnya, kecerdasan ini jarang dihargai.

Melemahkan
Orang tua dan guru sering membatasi anak. Anak kreatif yang cerdas fisik membutuhkan kebebasan tanpa selalu mengikuti pola yang sudah dirancang. dirjournal.com

7 Cara Kembangkan Potensi Anak Kinestetik
  • Libatkan anak dalam kegiatan menarik, drama, olahraga.
  • Sediakan beragam permainan kreatif -lilin malam, tanah liat, blok-- untuk percobaannya.
  • Berjalan, melompat mendaki, main boling, tenis, atau bersepeda bersama.
  • Nikmati permainan seluncur, ayunan, dan kendara.
  • Berikan tugas seperti menyapu, menata meja makan, mengosongkan tempat sampah, membantu memasak, dan berkebun.
  • Libatkan dalam permainan fisik yang bersifat sosial seperti petak umpet, menebak kata dari gerakan tubuh.
  • Bermain menggunakan tubuh untuk mengekspresikan emosi seperti melompat-lompat bila gembira, mengerutkan kening bila marah.

Rabu, 13 Juli 2016

Hubungan antara Kecerdasan Kinestetik & Linguistik

Optimalnya tumbuh kembang anak memerlukan kemampuan gerak motorik kasar maupun motorik halus. Tapi, tahukah Bunda? Kemampuan gerak motorik anak juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan multiple intelligence anak, lho.

Bagian dari multiple intelligence yang berhubungan langsung dengan kemampuan gerak motorik adalah kecerdasan kinestetik. Anak dengan kemampuan gerak motorik kasar dan halus yang baik akan memiliki koordinasi tubuh yang baik, sehingga mampu mengontrol gerakan, keseimbangan, serta ketangkasan geraknya. Dengan kata lain, anak dengan kemampuan gerak motorik yang baik akan memiliki kecerdasan kinestetik yang baik pula.




Namun, sebenarnya tak hanya kecerdasan kinestetik saja yang dapat dioptimalkan dengan kemampuan gerak motorik yang baik. Ternyata, kemampuan gerak motorik anak juga memiliki peran dalam pengembangan kecerdasan linguistik anak. Dengan semakin berkembangnya teknologi neuroimaging dan teknik genetik baru lainnya, penelitian menunjukkan bahwa bahasa memiliki hubungan dengan kemampuan gerak motorik anak. Hal ini terjadi karena kemampuan bahasa memiliki hubungan dengan bagian lain pada otak yang mengatur kemampuan kinestetik anak.

Hubungan antara kemampuan motorik dengan kemampuan berbahasa terlihat ketika para astronot NASA yang mengalami keadaan tanpa gravitasi dalam periode yang cukup lama di angkasa luar jadi mengalami masalah dyslexia ringan alias masalah membaca ketika ia kembali ke bumi. Hal ini bisa dikaitkan dengan penelitian yang menyatakan mengenai adanya gen yang berhubungan dengan masalah kemampuan berbahasa. Gen khusus ini ternyata juga terlibat dalam berkembangnya basal ganglia, yaitu struktur otak yang berperan penting dalam gerakan motorik seseorang.


Struktur otak yang rumit menyebabkan kemampuan motorik dan kinestetik memiliki hubungan timbal balik dengan kemampuan linguistik seseorang. Karena itu, kembangkan dua bagian dari multiple intelligence anak dengan cara sederhana, yaitu dengan mengajak anak untuk bergerak secara aktif. Belajar mengenali huruf dan membaca memang penting untuk kecerdasan linguistik anak. Tapi, jangan acuhkan juga pentingnya gerak aktif pada anak-anak. Belajar bukan hanya di balik buku, lho. Belajar juga perlu dilakukan dengan mengeksplorasi dunia luar dan melatih gerak motorik kasar dan halus anak, sehingga ia tak hanya pintar, tapi juga tangkas dan aktif.

CARA BELAJAR ANAK KINESTETIK (7)

Seorang anak yang termasuk pembelajar kinestetik kadang disalahartikan sebagai ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Anak-anak dengan tipe pembelajar kinestetik mudah stres ketika mereka hanya disuruh duduk diam, membaca dan mendengarkan di lingkungan kelas. Dan untuk meredakan stress yang mereka alami, mereka mungkin melakukan beberapa tindakan seperti berulang-ulang ke belakang, atau meraut pensil mereka di kelas. Sementara di kursi mereka, mereka mulai menggeliatkan kaki mereka, menggoyang-goyang atau bersandar di kursi mereka. Ketika perilaku ini tidak dapat diterima  guru atau pengasuh, mereka sering disalahartikan dengan gangguan perhatian.



Penting bagi kita untuk mengidentifikasi karakteristik umum dari pembelajar kinestetik dan menemukan metode pengajaran sesuai dengan gaya belajar anak. Dalam beberapa hal, semua anak adalah pembelajar kinestetik/fisik juga. Mereka ingin menyentuh dan membenamkan diri dalam kegiatan belajar dengan konsep dan ide-ide baru. Beberapa anak mungkin mengadopsi gaya belajar lainnya seiring berjalannya waktu, tetapi pembelajar kinestetik mempertahankan gaya belajarnya yang kuat. Mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan belajar terbaik.

Pada dasarnya, anak dengan tipe pembelajar kinestetik memiliki karakter sebagai berikut:
– Suka menyentuh, merasakan dan memegang sesuatu
– Rentang perhatian pendek
– Menyukai kegiatan yang membuatnya terus bergerak dan bekerja
– Lebih memilih untuk menunjukkan daripada menjelaskan sesuatu
– Mereka dapat mempelajari sesuatu dengan tangan secara lebih baik, suka mencoba segala sesuatunya sendiri.

Membuat anak-anak duduk belajar di dalam lingkungan kelas akan sangat menantang. Meskipun anak-anak mungkin cenderung  tidak dominan kinestetik, namun kita akan melihat bahwa menjelajahi lingkungan di luar ruangan dan melakukan kegiatan prakarya adalah alat belajar yang terbaik untuk anak-anak. Kegiatan-kegiatan serupa untuk pembelajar kinestetik membantu karena membuat mereka bergerak dan anak-anak pun mampu menyentuh dan merasakan sesuatu saat mereka belajar.

Menjelajahi Pantai

Anak-anak suka pergi ke pantai untuk bermain pasir, ini membuatnya dapat menyentuh dan merasakan secara langsung hal-hal yang ia sukai. Anda dapat membangun istana pasir, dan pada saat yag sama anda dapat mengajarinya menulis di atas pasir. Memilih beberapa kerang; mengamati bentuk dan warna kerang. Bahkan kerang berwarna putih pun dapat disulap menjadi cantik dengan mewarnainya menggunakan cat air.

Menjelajahi Taman

Menjelajahi taman adalah cara terbaik untuk mengenalkan anak tentang tanaman dan pohon. Berjalan-jalan di sekitar taman dan menunjukkan kepada mereka berbagai bentuk pohon, mengumpulkan beberapa biji, mengamati buah-buahan,menyentuh daun, dan bau bunga-bunga. Kegiatan belajar seperti ini membantu anak untuk mempelajari ilmu biologi/botani yang diajarkan di sekolah dengan baik, sementara mungkin teman-temannya  berjuang dalam mengenali pohon dan bunga dari buku teks.

Membangun Model

Blok atau lego adalah mainan paling umum untuk anak-anak dari segala usia dan mereka selalu senang memainkannya. Mainan seperti itu sangat serbaguna dan mengilhami anak-anak untuk belajar dan menjadi kreatif. Tergantung pada usia anak-anak Anda, jika usia mereka lebih tua, Anda juga bisa membuat pesawat, dinosaurus atau hewan. Anda harus mempertimbangkan mainan ini sebagai salah satu investasi Anda dalam mengembangkan pembelajaran anak-anak Anda.

Berpartisipasi dalam drama dan memainkan peran

Dorong anak Anda untuk berpartisipasi dalam drama di sekolah. Mereka memiliki kesempatan untuk menggunakan tubuh dan gerakan untuk berekspresi. Ini adalah sarana belajar yang baik untuk anak kinestetik.

Melakukan kegiatan memasak

Melibatkan anak-anak dalam kegiatan memasak adalah pengalaman belajar yang besar bagi mereka. Menghabiskan waktu bersama ibu di dapur menambah pengetahuan mereka  tentang pengukuran volume (ketika ibu mengukur bahan-bahan yang digunakan untuk kue), memahami berbagai ukuran, bentuk dan benda tiga dimensi (dari peralatan dapur dan peralatan masak), mengenali suhu (pengaturan suhu pada oven) dan melatih keterampilan koordinasi tangan-mata. Ini adalah ide yang bagus untuk melibatkan mereka dalam memasak karena mereka menikmatinya sambil membantu Anda dalam salah satu pekerjaan rumah tangga sehari-hari.

Jika anak Anda adalah pembelajar kinestetik, buatlah ia terlibat dalam kegiatan belajar, karena ini adalah pilihan untuk metode belajarnya. Biarkan anak Anda senang dan berhentilah untuk memberinya label sebagai anak yang tak mau diatur/nakal.

oleh : bundapiaradaku

Guru Harus Memahami Siswa Berkarakter Kinestetik

JAKARTA, KOMPAS.com - Para guru di Indonesia belum banyak memahami karakteristik psikologi anak. Mayoritas guru di sekolah lebih mengacu pada karakteristik visual dan auditorial, sehingga anak yang berkarakter kinestetik tidak terangkul secara maksimal dalam mencerna pelajaran.

"Guru-guru di Indonesia belum dikomunikasikan untuk menangani kriteria anak. Kasihan anak-anak, karena mereka itu kan memiliki karakteristik yang unik. Tidak fair jika kita menghadapi mereka dengan cara yang sama," ungkap Linda Saptadji, psikolog yang berkecimpung di Yayasan Anak Indonesia Suka Baca, di Jakarta, Kamis (28/6/2012).

Linda mengatakan, karakteristik anak memang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan saat ini, khususnya anak-anak yang memiliki karakter kinestetik. Guru selalu menganggap mereka sebagai anak nakal karena banyak melakukan gerakan.

Linda melanjutkan, anak kinestetik memiliki problema dalam menangkap pelajaran. Mereka sulit untuk membaca.

"Masalah terbesarnya ada di sekolah. Tidak semua pelajaran memiliki sesi praktik, sehingga harus ada usaha lebih untuk bisa menerjemahhkan pengetahuan yang guru berikan dalam bentuk praktik," ungkap Linda.

Linda mengaku sangat menyayangkan, bahwa tidak semua ilmu di sekolah memberikan materi praktik. Akibatnya, anak-anak kinestetik belajar dengan cara-cara motorik. Bahkan, lanjut dia, anak kinestetik jika kebutuhannya tidak terakomodir akan melakukan cara-cara visual untuk bisa memahami masalahnya.

Pengaruh lingkungan

Linda menyarankan, ketiga unsur karakteristik anak harus dirangkum dalam metode mengajar. Pada dasarnya, setiap orang memiliki tiga unsur karakteristik, tetapi ada salah satu yang lebih menonjol.

"Karakter seseorang juga bisa berubah karena pengaruh lingkungan," ujar Linda.

Menurut Linda, guru-guru saat ini dituntut untuk berpikir out of the box. Guru juga diminta untuk mencari strategi baru dalam mengajar dan mendidik perkembangan anak-anak didiknya.

"Pendidikan kan berkembang, teori-teori pendidikan juga berkembang. Anak-anak pun berkembang, tantangan juga semakin banyak," tambah Linda.

Bagi Linda, mind mapping merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan kualitas anak didik yang memiliki beragam karakteristik. Tony buzan, konsultan pendidikan melakukan sesuatu yang sangat luar biasa untuk dunia pendidikkan melalui metode mind mapping ini.

"Karena pada saat mapping terserah anak mau menulis apa dan mereka mempertanggungjawabkan apa yang mereka tulis," kata Linda.


Penulis : Alfiyyatur Rohmah

Anak Kinestetik? Jangan Terusik

 Ini adalah pengalamanku menghadapi sulungku. Dia anak yang banyak bergerak. Istilah yang beken dalam dunia pendidikan anak adalah " Kinestetik"

Saat berusia 2 tahun, ananda sudah mahir memanjat dengan ketinggian sekitar 2 meter. Dalam sehari bisa dilakukan 10 kali lebih karena aku tidak melarangnya konsekuensinya, aku harus mengawasinya. Mengapa aku tidak melarangnya? Pertimbanganku adalah, dia sedang belajar melatih motorik kasar. Memang hal itu membuat aku dan orang yang melihatnya " sport jantung" Tetapi kita sebagai orangtua tidak bisa meng "cut" begitu saja hanya karena rasa takut atau rasa malas membantu mereka belajar. Ku akui, kadang perasaan itu melanda namun rasa cinta dalam kesadaran bahwa orang tua berkewajiban mengolah fisik maupun mental meraka seolah lebih kuat. Dan alhamdulillah kami mampu membuat ananda berkata " Aku bisa " , " Aku mampu ". 

Melihat keenergikan ananda , aku mulai mempunyai "feeling" bahwa anak ini akan menghadapi sedikit masalah ketika nanti bersekolah. Mengapa ??? Satu, anak banyak gerak ( banyak tingkah) biasanya diberi label anak nakal. Dua, sekolah pada umumnya adalah lingkungan yang kurang mengakomodasi gaya belajar anak kinestetik ( kecuali sekolah alam ). Anak kinestetik mampu menyerap materi pelajaran dengan maximal melalui gerak atau dengan bergerak. Untuk level TK sebenarnya cukup terfasilitai.  Perlu di ketahui ada pula tipe anak yang bisa belajar dengan maksimal dengan mendengar ( tipe auditori ), melihat ( tipe visual ) ada juga dengan menyentuh ( taktil ). Atau kombinasi dari semua itu. Hal tersebut bisa dibaca lebih jelas di buku Quantum learning nya Bobbi Deporter& Mike Hermacki atau The Power of Learning Style karya Barbara Prashnig. 

Beberapa tahun kemudian ananda mulai memasuki fase baru, fase sekolah. Benar adanya " feeling" ku beberapa tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah sekolah, Ibu guru memanggilku dengan keluhan bahwa anakku ( Salman ) masih susah membedakan beberapa huruf Hijaiyyah. Bu guru memintaku untuk membantu belajar di rumah.. Aku Sempat agak sewot Dalam benakku, aku jauh-jauh pindah dari Tangerang ke Bekasi demi mengejar sekolah bermutu untuk anak ku koq begini ? Sekolah Fullday, bukankah anak-anak lebih banyak di sekolah ? Lagipula, untuk memutuskan sekolah disitu saja aku harus memakai analisa "SWOT" ( Strenght, Weakness, Oportunity and Threat) , skala prioritas yang rumit, bla bala bla. Mengapa mengatasi masalah anak seperti itu harus meminta bantuan orang tua? Namun akhirnya aku menyadari, memang tugas guru tidak ringan, harus mengejar di "target" kurikulum..

 Aku tergerak untuk membuktikan. Karena atas izin Allah, sebelum sekolah pun aku sudah mampu mendeteksi akan adanya masalah tersebut. Mengapa aku tidak bisa mengatasinya ?? Aku terus menyemangati diriku. Alhamdulillah atas izin Allah muncullah ide ini: Aku membentuk dan menggunting satu suku kata atau satu kata dari huruf hijaiyyah dengan kertas warna-warni. Kemudian aku menempelnya, menyebar di sekitar kamar dan ruang tengah. Aku sengaja memasang agak tinggi dan agak rendah ada pula beberapa yg setara denga tinggi badan ananda . Melihat aku sibuk menggunting dan menempel , ananda nampak senang dan terus bertanya, ingin mengerti untuk apa huruf-huruf tersebut. Aku menjelaskan, mata cerdasnya berbinar-binar...indaaaah sekali. Dan dia pun ikut membantu menempel. Hatinya senang, gembira pertanda limbik otaknya sudah terbuka, siap untuk dituang ilmu atau belajar. 

The Brain is wider than Sky apabila limbik nya telah terbuka. Tentang " limbik " bisa di baca lebih detail di buku Revolusi IQ/EQ/SQ/ nya Taufiq Pasiak.atau silahkan search di Google.. Permainan dimulai : Aku meminta ananda untuk mencari beberapa suku kata dan huruf . Diapun sibuk mencari di sekeliling ruangan. Menengok , berjinjit, kadang naik ke kursi, kadang berlari kecil untuk mencarinya. Demikian seterusnya sampai beberapa hari dan ananda enjoy sekali dengan metode tersebut. Demikian lah permainan kami, belajar kami. Intinya aku menfasilitasi ananda untuk bisa tetap bergerak ( karena ananda tipe pembelajar kinestetik ) tapi tidak lupa memasuk kan " muatan" nya. Selain itu aku membuatkan gambar dari tanganku sendiri. Yang masih sangat kuingat gambar pohon, kucing duduk (tampak belakang ), ayunan , aneka buah , sayuran ( sawi ) dan lain-lain. Kemudian dibawah gambar-gambar tersebut aku menuliskan dalam huruf hijaiyyah . 

Mungkin ada yang berpikir, bukankah banyak gambar atau poster - poster bagus yang dijual di toko ?? Repot amat ?? Ya...memang kerepotan itu yang kucari  . Aku sengaja menciptakan kerepotan itu, menggambar dan mewarnai bersama ananda. Selain menyenangkan, hal tersebut menciptakan kedekatan dan isyaAllah energi cinta dan semangat sang ibu akan ter transfer ke anak. Gelombang otak bisa saling mempengaruhi. Subhanallah atas izin Allah beberapa minggu kemudian aku kembali mendapat panggilan dari sekolah. Ibu guru mengatakan bahwa perkembangan membaca huruf hijaiyyah anandaku sangat pesat. Tak perlu terusik menghadapi anank kinestetik . Dengan memahami gaya belajarnya, InsyaAllah masalah teratasi. 

Sebagai penutup, mengutip puisi yang indah... 
The Brain is wider than sky For put them side by side The one the other will contain With ease and You beside. 
The Brain is deeper than the ocean For hold them Blue to Blue The one the other will absorb As Sponge Buckets do The Brain is just the weight of God For Heft them Pound to Pound And they will differ if they do As Syllable from Sound -Emily Dickinson (1830-1886) 

Wassalam Bekasi, 2009
http://www.kompasiana.com/amadia/

Bocah dengan Kecerdasan Kinestetis Jangan Dilemahkan

REPUBLIKA.CO.ID, Kelebihan anak-anak kinestetik lebih cepat menghafal dengan olah tubuh. Karena itu gaya belajar anak kinestetik sebaiknya selalu dikaitkan dengan gerakan atau olah tubuh. 

Misal untuk memahami bagaimana proses hujan turun, anak kinestetik jangan disuruh menghafal kalimat demi kalimat. Tapi, dengan memberi contoh melalui gerakan-gerakan tangan, pasti cepat dicerna. Bisa juga tentang gaya tarik bumi dengan menjatuhkan bola basket dan contoh lainnya. Semua itu membutuhkan kreativitas dari orangtua.



Ada kelemahan dari anak kinestetik, yaitu cenderung tidak bisa diam dalam jangka waktu lama. Maunya bergerak terus. Namun, orangtua tidak perlu khawatir karena mereka anak normal dan seiring perkembangan usianya, anak kinestetik juga bisa lebih tenang seperti anak-anak lain.. 

Sebab, kinestetik ini bukan gangguan atau kekurangan dari seseorang melainkan salah satu cara kemampuan mengekpresikan diri.

Perlu diketahui, semua orang mempunyai kecerdasan kinestetik dengan level yang berbeda. Ada yang lebih dominan, tapi ada juga yang kecerdasan fisiknya tidak unggul dibandingkan kecerdasan lain.

Jika anak Anda termasuk golongan kinestetik, pakar menyarankan orang tua untuk memberikan dukungan kepada buah hati mereka. Orangtua juga dapat melengkapi kelebihan lain dikaitkan dengan kecerdasan fisik. 

Misalkan, agar anak pintar mengarang, orangtua bisa mengarahkan anak membuat tulisan mengenai tips basket. Pasti membuat anak semangat

Info Kecerdasan Kinestetik

Mengidentifikasi kecerdasan kinestetik
Anak suka aktivitas yang melibatkan motorik halus dan kasar.

Kecerdasan kinestetik dan otak
Area kecerdasan kinestetik terletak pada cerebellum dan thalamus, ganglion utama dan bagian otak yang lain. Korteks motor otak mengendalikan gerakan tubuh. Orang-orang dengan kecerdasan ini menunjukkan keterampilan menggunakan jari atau motorik halus.

Perilaku kinestetik
Gemar mengulik, mencari tahu bagaimana cara kerja sesuatu. Tak memerlukan penjelasan orang lain atau membaca manual.

Kreativitas
Kecerdasan ini melahirkan olahragawan, ilmuwan, penulis, artis, musisi, penari, dan tenaga kreatif lain yang memungkinkan otak dan tangan mereka bergerak tanpa mengikuti format baku.

Reaksi masyarakat
Masyarakat kerap menganggap kinestetika sebagai hiperaktivitas ketimbang suatu kecerdasan. Akibatnya, kecerdasan ini jarang dihargai. Padahal bila mereka diarahkan dan dikembangkan untuk membuka potensi tertinggi, bukan tidak mungkin akan terlahir, Lionel Messi, Tiger Wood, Michael Jordan atau Rafael Nadal masa depan


Melemahkan
Orangtua dan guru sering membatasi anak. Anak kreatif yang cerdas fisik membutuhkan kebebasan tanpa selalu mengikuti pola yang sudah dirancang.  dirjournal.com



Anak Kinestetik Bukan Anak Bodoh atau Anak Nakal

Mama Ferdi (6) meminta saya untuk mengajar privat anaknya. Pada saat saya datang, Mama Ferdi bercerita kepada saya bahwa Ferdi nilainya kurang baik dan sering dimarahi gurunya karena tidak bisa diam di dalam kelas. 

Setelah kurang lebih sebulan mengajar Ferdi, saya melihatnya. Ferdi memang tidak bisa diam, tetapi bukannya ia bodoh atau nakal. Ferdi hanyalah seorang pembelajar kinestetik. Ia belajar melalui stimulasi gerak, seperti saat ia mudah menghafal saat materi hafalan dibacakan dan ia meniru hafalan tersebut sembari melompat-lompat atau berlari-lari kecil.


Setelah mengetahui hal tersebut, saya bisa melihat bahwa Ferdi sebenarnya anak yang sangat cerdas. Hanya sayangnya, memang pembelajar kinestetis seperti Ferdi tidak umum diterima keberadaannya karena sistem sekolah pada umumnya lebih mendukung ransangan visual dan audio.

Tak heran anak-anak kinestetik ini seakan-akan menjadi anak tiri dalam sistem pendidikan karena dianggap anak ‘nakal’ yang tidak bisa diam. Padahal, hanya dengan memahami gaya belajar anak kinestetik, kita dapat membantu memaksimalkan potensinya tanpa harus merasa kesal.

Tiga Gaya Belajar

Menurut teori Neil D. Fleming yang saat ini telah dimanfaatkan secara luas, ada tiga gaya belajar, yaitu: visual, auditori, dan kinestetik. Beberapa orang dominan di salah satunya, namun ada pula yang dominan di dua gaya.

Mereka yang visual akan lebih mudah belajar melalui stimulasi terhadap sensor penglihatan atau mata, sedangkan sang auditoris mudah belajar melalui stimulasi pendengaran (telinga). Bagi anak kinestetik seperti Ferdi, otaknya bekerja maksimal saat mereka bergerak.

Karena itulah pembelajar kinestetis mudah menghafal jika badannya ikut bergerak, entah dengan menggerakkan mulutnya, menulis ulang hafalannya, atau seperti Ferdi, mendengarkan materi hafalan dengan berjingkrakan. Mereka juga dapat belajar cepat melalui game komputer edukatif yang mengundang anak untuk belajar dengan menggerakkan tangannya.

"Mereka Tidak Bodoh atau Nakal"

Anak kinestetik tidak bodoh atau nakal. Mereka hanya kurang dipahami dan memiliki energi fisik yang lebih banyak daripada anak lainnya. Jumlah anak kinestetik di dunia cukup banyak. Tingkat kesuksesan mereka di masa depan tidak kalah dari anak-anak lain, dan mereka tidak terkungkung hanya mungkin menjadi seorang atlet (walaupun mereka memang bibit atlet unggul). Kuncinya hanyalah pada pembelajaran efektif sehingga semakin dini mereka mengetahui cara belajar paling efektifnya, semakin rendah pula kemungkinan mereka mengalami tantangan psikologis di kemudian hari.

Anak kinestetik bisa dibantu dengan mengulang materi belajarnya melalui stimulasi gerak, entah dengan menulis ulang (yang mungkin cukup membosankan bagi anak kecil), mencoret-coret pemahamannya di atas kertas, atau menggunakan perangkat tertentu (misalnya belajar matematika dengan memindah-mindahkan kancing).

Untuk anak yang sudah lebih besar, Anda bisa mengenalkan gaya belajar mereka, sehingga mereka bisa mencari tahu sendiri, stimulasi gerak seperti apa yang mereka inginkan dan dapat dilakukan juga di dalam kelas (misalnya, memutar pensil atau menggerakkan kakinya). Jika diperbolehkan oleh sekolah dan gurunya, mengunyah permen karet terbukti efektif meredam anak-anak yang kelebihan energi.

Dan yang sama pentingnya adalah membantu anak kinestetik Anda untuk meminimalkan kelemahannya, yang biasanya ada pada pendeknya periode fokus/konsentrasinya. Mereka juga cenderung memiliki tenaga lebih sehingga jika tidak dikendalikan oleh dirinya sendiri, ia bisa menjadi penganggu proses pembelajaran majemuk.

Melatih fokus/konsentrasi bisa dilakukan melalui banyak hal, salah satunya adalah dengan bermain puzzle atau bertanding tentang sesuatu yang terkait konsentrasi (misalnya bermain game UNO Stacko atau lama-lamaan menahan buku di kepala).

Sedangkan melatih kendali diri salah satunya dapat dilakukan dengan disiplin dan meminta pengertian anak, misalnya bahwa ia akan mengganggu teman-temannya belajar jika ia terus-terusan mengetukkan kakinya di dalam kelas. Bisa juga dengan menyalurkan energi lebihnya ke aktivitas fisik di luar sekolah, misalnya ikut kursus bela diri, kursus musik, dan sejenisnya.

---------------

Ingatlah. Jika Anda melihat seorang anak yang tidak bisa diam (saat belajar), janganlah langsung melabeli anak tersebut dengan ucapan ‘nakal’ atau ‘bandel’. Mungkin ia hanyalah seorang pembelajar kinestetis cerdas yang penuh rasa ingin tahu.

GAYA BELAJAR KINESTETIK


Tipe Kinestetik adalah tipe gaya belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi melalui serangkaian aktivitas yang menggerakkan sebagian / seluruh anggota tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. Secara spesifik tipe gaya belajar ini dibagi lagi menjadi dua:

1.    Movement – Gerakan Badan

Mudah belajar dengan cara penyampaian melalui gerakan tubuh, berjalan-jalan, membolak-balik tubuh, bergoyang, terampil, dan cekatan.

2.     Touch – Gerakan Tangan

Mudah belajar dengan cara penyampaian melalui penggunaan jari, perabaan dan sentuhan tubuh. Kemampuan jari-jemarinya cekatan dan terampil sehingga mampu membuat kreasi tangan seperti clay dan desainer. Menari jenis tarian yang gemulai, menulis halus, dan hasil menggambarnya cukup teliti dan detil.


Ciri-ciri anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:
  • Menyukai kegiatan aktif baik sosial, kesenian, maupun olahraga. Sulit untuk duduk tenang, selalu ingin beregrak, dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  • Gemar menyentuh semua yang dilihat dan ia kerap menggunakan gerakan/bahasa tubuh saat mengekspresikan diri/mengungkapkan emosinya saat itu.
  • Mencari perhatian lewat perhatian fisik seperti menyentuh orang lain dan suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan menggunakan tangannya secara aktif.
  • Jika ada mainan baru biasanya langsung ingin mencoba memainkannya.
  • Jika berkomunikasi sering menggunakan kata-kata yang mengandung aksi dan gemar memakai objek nyata untuk alat bantu belajar dan cenderung menggunakan jarinya untuk menunjuk kata-kata yang dibacanya.
  • Jika menghafal sesuatu biasanya sambil berjalan atau melihat objek secara langsung.
  • Mengunyah permen ketika mendengarkan penjelasan dari guru.
  • Menyukai buku dan film petualangan. Menyenangi metode bermain peran serta memiliki koordinasi mata dan tangan cukup baik sehingga mampu melakukan gerakan-gerakan dengan ritme cepat.


Kendala anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:
  • Cenderung tidak bisa diam dan sering dianggap nakal, pengganggu, dan usil.
  • Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, rumus-rumus, dan sebagainya).
  • Tak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk manis, tenang, dan diam.
  • Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan dengan berbagai kegiatan fisik atau menggerakkan jari-jarinya maka akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.


Cara Memaksimalkan Kemampuan Kinestetik

  • Sebagai langkah awal, anda hendaknya bersekolah  di sekolah yang menganut sistem active learning dimana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Hal ini agar kemampuannya berkembang secara optimal.
  • Belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai alat peraga, misalnya eksperimen di laboratorium.
  • Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik di rumah sebelum bersekolah. Misalnya mengikuti olahraga, membantu pekerjaan rumah seperti mencuci mobil, memebrsihkan rumah, atau mengerjakan sesuatu dengan jari-jarinya.
  • Di kelas dapat ikut beraktivitas bergerak seperti membersihkan papan tulis, membantu guru untuk membagikan buku-buku pelajaran.
  • Walaupun anda terkategori memiliki gaya Belajar Kinestetik, bukan berarti anda harus mengabaikan 2 gaya belajar yang lain.


Optimalkan Gaya Belajar Kinestetik Anda, dan coba tuk kembangkan gaya belajar yang lain.