LOGICO untuk pembelajar Kinestetik Mendapatkan Banyak Penghargaan Internasional

Logico, buku berkualitas yang telah mendapatkan banyak penghargaan internasional.

Manfaat Logico diantaranya adalah untuk menunjang pembelajar kinestetik

Increase The Processing Speed of Your Child Brain

Logico yang hadir di indonesia terdiri dari 3 jenjang

Logico Primo untuk jenjang usia 3-6 th, Logico Piccolo untuk 5-10th, Maximo untuk 8-12th

Maksimalkan Potensi Gemilang Buah Hati Dengan Logico

Ingin anak pintar, hadiahkan Logico untuk ulang tahunnya... Otak cemerlang,masa depan gemilang!

Ingin Anak Kinestetik Betah Belajar?

Siapkan Logico dan rasakan sensasi Belajarnya...

Selasa, 01 Agustus 2017

GAYA BELAJAR KINESTETIK

GAYA BELAJAR KINESTETIK




Tipe Kinestetik adalah tipe gaya belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi melalui serangkaian aktivitas yang menggerakkan sebagian / seluruh anggota tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. Secara spesifik tipe gaya belajar ini dibagi lagi menjadi dua:

1.    Movement – Gerakan Badan

Mudah belajar dengan cara penyampaian melalui gerakan tubuh, berjalan-jalan, membolak-balik tubuh, bergoyang, terampil, dan cekatan.

2.     Touch – Gerakan Tangan

Mudah belajar dengan cara penyampaian melalui penggunaan jari, perabaan dan sentuhan tubuh. Kemampuan jari-jemarinya cekatan dan terampil sehingga mampu membuat kreasi tangan seperti clay dan desainer. Menari jenis tarian yang gemulai, menulis halus, dan hasil menggambarnya cukup teliti dan detil.

Ciri-ciri anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:

  • Menyukai kegiatan aktif baik sosial, kesenian, maupun olahraga. Sulit untuk duduk tenang, selalu ingin beregrak, dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  • Gemar menyentuh semua yang dilihat dan ia kerap menggunakan gerakan/bahasa tubuh saat mengekspresikan diri/mengungkapkan emosinya saat itu.
  • Mencari perhatian lewat perhatian fisik seperti menyentuh orang lain dan suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan menggunakan tangannya secara aktif.
  • Jika ada mainan baru biasanya langsung ingin mencoba memainkannya.
  • Jika berkomunikasi sering menggunakan kata-kata yang mengandung aksi dan gemar memakai objek nyata untuk alat bantu belajar dan cenderung menggunakan jarinya untuk menunjuk kata-kata yang dibacanya.
  • Jika menghafal sesuatu biasanya sambil berjalan atau melihat objek secara langsung.
  • Mengunyah permen ketika mendengarkan penjelasan dari guru.
  • Menyukai buku dan film petualangan. Menyenangi metode bermain peran serta memiliki koordinasi mata dan tangan cukup baik sehingga mampu melakukan gerakan-gerakan dengan ritme cepat.
Kendala anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:

  • Cenderung tidak bisa diam dan sering dianggap nakal, pengganggu, dan usil.
  • Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, rumus-rumus, dan sebagainya).
  • Tak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk manis, tenang, dan diam.
  • Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan dengan berbagai kegiatan fisik atau menggerakkan jari-jarinya maka akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.
Cara Memaksimalkan Kemampuan Kinestetik

  • Sebagai langkah awal, anda hendaknya bersekolah  di sekolah yang menganut sistem active learning dimana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Hal ini agar kemampuannya berkembang secara optimal.
  • Belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai alat peraga, misalnya eksperimen di laboratorium.
  • Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik di rumah sebelum bersekolah. Misalnya mengikuti olahraga, membantu pekerjaan rumah seperti mencuci mobil, memebrsihkan rumah, atau mengerjakan sesuatu dengan jari-jarinya.
  • Di kelas dapat ikut beraktivitas bergerak seperti membersihkan papan tulis, membantu guru untuk membagikan buku-buku pelajaran.
Walaupun anda terkategori memiliki gaya Belajar Kinestetik, bukan berarti anda harus mengabaikan 2 gaya belajar yang lain.

Optimalkan Gaya Belajar Kinestetik Anda, dan coba tuk kembangkan gaya belajar yang lain. 

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajar Kinestetik


Pembelajar kinestetik (kinesthetic learner) adalah pembelajar yang belajar menggunakan tipe belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang mengandalkan sentuhan atau aktivitas fisik untuk memahami suatu informasi. Pembelajar kinestetik cenderung lebih mudah mengingat apa yang mereka sentuh atau apa yang mereka kerjakan. Orang yang belajar dengan tipe kinestetik biasanya lebih suka memprakteikan secara langsung daripada hanya mendengar atau melihat. Pembelajar kinestetik cenderung aktif bergerak dan tidak bisa diam saat melakukan sesuatu termasuk saat belajar. Jika potensi pembelajar kinestetik tidak dilatih dan dikembangkan, maka anak akan mengalami masalah dalam beberapa aspek belajarnya terutama dalam menangkap penjelasan guru tentang sesuatu yang tidak dapat dipraktikan. Dengan melihat pola kecenderungan mereka dalam belajar, guru dan orangtua dapat membantu mengoptimalkan potensi belajar, kinerja, serta prestasi pembelajar kinestetik secara 


Kelebihan dan Kelemahan Pembelajar Kinestetik
Tipe atau gaya belajar menunjukkan kecenderungan mengenai cara seseorang dalam menangkap, mengatur, dan mengola informasi. Tipe belajar kinestetik memiliki kecenderungan untuk menyerap informasi melalui gerak fisik atau praktik langsung.

Untuk menangkap dan memahami informasi, pembelajar kinestetik harus menyentuh atau melakukan secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan informasi tersebut. Mereka mengingat informasi berdasarkan kegiatan yang mereka lakukan. Aktivitas fisik adalah kekuatan utama mereka dalam menyerap, mengolah, dan memahami pelajaran.

Pembelajar kinestetik memiliki kemampuan kerja sama yang bagus antara mata dan tangan. Melalui apa yang mereka lihat dan mereka lakukan sendiri, pembelajar kinestetik lebih mudah memahami materi. Karena kecenderungan tersebut, pembelajar kinestetik biasanya lebih unggul di bidang praktikum atau olahraga.

Sama seperti tipe belajar visual dan auditori, pembeajar kinestetik juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Agar potensi anak berkembang, guru dan orangtua harus mencoba menggali dan mengembangkan kelebihan mereka serta memperbaiki beberapa kelemahan mereka.

Berikut beberapa kelebihan pembelajar kinestetik:
1. Mudah mengingat hal yang ia sentuh atau lakukan
2. Memiliki minat terhadap aktivitas atau permainan fisik
3. Dapat membayangkan informasi berdasarkan aktivitas yang mereka lakukan
4. Dapat mengikuti intruksi dengan baik 
5. Unggul di bidang praktik karena selalu ingin mencoba langsung

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki pembelajar kinestetik akan sangat berguna jika dapat dimanfaatkan secara optimal. Di balik kelebihan tersebut, pembelajar kinestetik juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Cenderung sulit memahami informasi jika tidak dipraktikan
2. Membutuhkan alat bantu tertentu untuk memahami suatu topik
3. Cendrung lemah dalam hal konsep teori
4. Cenderung mudah bosan dan frustasi saat duduk belajar dalam waktu yang lama
5. Menggunakan jari telunjuk untuk menunjuk saat membaca


Melatih dan Mengembangkan Potensi Pembelajar Kinestetik
Sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang telah dipaparkan di atas, maka berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih dan mengembangkan potensi anak yang belajar dengan tipe kinestetik.

#1 Gunakan Alat Bantu Peraga
Pembelajar kinestetik cenderung mengutamakan sentuhan atau aktivitas fisik sebagai aplikasi langsung untuk menangkap dan memahami informasi. Oleh karena itu, mereka lebih suka belajar dengan cara mempraktikan secara langsung atau menggunakan alat peraga untuk memahaminya.

Untuk mengembangkan potensi pembelajar kinestetik, maka gunakanlah media belajar aplikatif seperti alat bantu peraga, contoh nyata benda, dan sebagainya yang relevan dengan materi yang diajarkan. Misalnya saat anda mengajar tentang volume benda tiga dimensi, maka gunakanlah alat peraga berup balok, kubus, dan sebagainya.

Saat anda menjelaskan rumus menghitung volume balok, mintalah murid untuk memegang contoh balok dan tunjukkan mana bagian yang disebut panjang, lebar, tinggi, rusuk, diagonal sisi, diagonal ruang, dan sebagainya. Jika tidak memungkinakan untuk menghadirkan alat peraga atau melakukan percobaan, gunakanlah media pengganti berupa video yang dapat menjelaskan materi tersebut.

#2 Ciptakan Permainan Edukasi
Belajar sambil bermain adalah metode yang paling disukasi oleh pembelajar kinestetik. Mereka cenderung lebih aktif daripada teman-temannya dan tidak bisa diam saat belajar. Mereka sangat mudah bosan dengan metode belajar yang monoton yang hanya dijelaskan saja.

Untuk membantu mereka mengembangkan potensi, cobalah untuk sesering mungkin menggunakan permainan edukasi dalam menyampaikan pelajaran. Anda dapat menggunakan permainan berkelompok yang mengharuskan aktivitas fisik sehingga mereka lebih aktif.

#3 Lakukan Kegiatan Praktikum
Pembelajar kinestetik lebih suka mencoba langsung daripada melihat demonstrasi atau petunjuk. Mereka lebih menyukai aplikasi daripada teori. Oleh karena itu, pembelajar kinestetik biasanya unggul dalam hal praktikum atau pelajaran olahraga.

Untuk mengembangkan potensi mereka, cobalah untuk melakukan kegiatan praktikum jika memang ada materi yang dapat dipraktikkan. Jelaskan konsep materi melalui kegiatan praktikum dan biarkan mereka mempraktikkannya secara langsung agar mereka lebih paham.

Melakukan praktikum sesering mungkin akan sangat baik untuk mereka yang belajar dengan tipe kinestetik. Praktikum membantu mereka memahami suatu pelajarn dengan lebih baik dan biasanya mereka dapat mengingatnya untuk jangka waktu lebih lama dibanding belajar secara teori.

#4 Lakukan Aktivitas di Luar Kelas
Belajar di dalam kelas untuk waktu yang lama dapat membuat pembelajar kinestetik meras stress dan frustasi. Mereka yang aktif bergerak akan merasa sangat bosan jika hanya duduk dan medengarkan penjelasan guru dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, untuk membantu mereka cobalah sesekali untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas. Sesuaikanlah materi yang cocok dilakukan di luar kelas dan manfaatkan kondisi atau benda-benda di sekitar sekolah yang dapat dijadikan sebagai alat pendukung pembelajaran.

Misalnya, ketika belajar biologi tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka anda dapat mengajak murid keluar kelas untuk mengamati tanaman di sekitar sekolah. Tunjukkan kepada mereka tenaman-tanaman yang mewakili konsep materi yang akan anda jelaskan.

Baca juga : <a href="http://www.edukiper.com/2016/09/cara-meningatkan-konsentrasi-saat-belajar.html" target="_blank">Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Sesuai Tipe Anak.

#5 Latih Kemampuan Menulisnya
Pada beberapa kasus, pembelajar kinestetik mengalami kelemahan dalam mengeja kata. Mendengar dan mencatat merupakan kegiatan yang tidak mereka sukai karena mereka lebih ingin untuk melakukannya secara langsung. Teori tanpa praktik bagi mereka adalah sesuatu yang membosankan.

Kecenderungan pembelajar kinestetik untuk melakukan aktivitas fisik atau praktik langsung memang bagus untuk perkembangan motorik mereka. Tetapi, kondisi yang terlalu aktif dan tidak bisa diam seringkali menimbulkan masalah. Rasa bosan saat belajar secara teori juga membuat mereka cenderung malas mencatat atau membaca.

Agar mereka tidak hanya unggul dalam hal praktik, maka doronglah mereka untuk membuat catatan. Minta mereka untuk membuat model atau menggmbar diagram berdasarkan apa yang telah mereka praktikan. Berikan tugaskan laporan atau hasil praktikum dalam bentuk tertulis secara rutin.

#6 Berikan Aktivitas Ektsrakurikuler
Salah satu kelemahan yang umum dialami oleh pembelajar kinestetik adalah keterbatasan fasilitas di sekolah. Beberapa guru juga mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan praktikum karena fasilitasnya tidak memadai. Alhasil, materi yang seharusnya dipraktikkan, hanya disampaikan secara lisan.

Selain itu, tidak semua mata pelajaran dapat dipraktikkan dan waktu belajar di sekolah juga terbatas. Kondisi seperti ini menyebabkan pembelajar kinestetik merasa tertekan saat belajar. Karena pembelajar kinestetik cenderung lebih mudah memahami apa yang mereka lakukan secara langsung, maka metode belajar secara teori tentu kurang efektif bagi mereka.&nbsp;

Oleh karena itu, untuk membantu mengembangkan potensi anak, sarankanlah kepada mereka untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang banyak melibatkan aktivitas fisik. Cara seperti ini akan membantu mereka menyalurkan potensi yang ada dalam diri mereka.

#7 Ciptakan Suasana Belajar yang Aplikatif
Karena pembelajar kinestetik cenderung lebih memahami pelajaran dengan cara mempraktikannya, maka ciptakanlah suasana belajar yang aplikatif. Maksudnya, cobalah untuk sebisa mungkin mengkaitkan konsep materi yang anda sampaikan dengan kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan.

Jika perlu, cobalah untuk menunjukkan atau mengaplikasikan secara lansung materi yang anda sampaikan dengan memanfaatkan benda-benda atau fasilitas yang ada di dalam kelas. Dengan analogi yang aplikatif, pembelajar kinestetik akan terbantu dan lebih mudah memahami pelajaran.

Sebagai contoh, ketika anda menjelaskan tentang penyakit sistem pencernaan maka anda bisa menyuruh salah satu murid anda untuk maju ke depan kelas dan menunjukkan di mana letak organ-organ pencernaan. Ketika anda menjelaskan tentang gangguan lambung, minta anak tersebut memegang bagian tubuh di mana lambung berada dan jelaskan gejala atau rasa yang timbul jika terjadi gangguan lambung.

4 Cara Menyikapi Anak Kinestetik



Setelah saya membahas mengenai ciri anak dengan tipe gaya belajar kinestetik di postingan terdahulu, maka dalam postingan saya kali ini, akan membahas mengenai beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam menyikapi anak dengan tipe gaya belajar kinestetik. Hal ini perlu diketahui agar anak belajar sesuai dengan gayabelajar yang dimilikinya. Sehingga proses belajar bukan menjadi hal yang ditakutkanoleh anak.

Seperti yang telah diulas sebelumnya, anak dengan tipe gaya belajar kinestetik cenderung tidak bisa diam. Mereka lebih mudah belajar, lebih mudah menerima informasi melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan organ geraknya dan selalu ingin mempraktekkan hal yang dipelajari secara langsung.

Karena anak dengan gaya belajar ini selalu melibatkan penggunaan jari, perabaan dan sentuhan, biasanya mereka lebih terampil dan jari-jemarinya lebih cekatan sertamampu membuat berbagai macam kerajinan tangan. Selain itu, anak dengan tipe belajar kinestetik selain cakap dalam berolahraga, mereka juga dapat menari dengan gemulai serta hasil gambarannya cukup teliti dan detil.

Kendala Anak Kinestetik 
Namun, karena anak dengan tipe gaya belajar ini kerap tidak bisa diam, biasanya muncul berbagai macam kendala yang sebaiknya perlu dipahami oleh orang tua. Anak dengan gaya belajar kinestetik memiliki kendala yang perlu diketahui oleh orang tua mereka, yaitu :
  1. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam dan dianggap mengganggu, usil bahkan kerap dianggap nakal. Seringkali, mereka dapat dianggap mengggangu jika berada dalam lingkungan yang mayoritas anaknya lebih senang diam dan memiliki tipe belajar auditori atau visual.
  2. Bila berada di sekolah dengan gaya belajar konvensional, yang menerapkan gaya belajar mengharuskan murid duduk tenang, diam tidak boleh banyak bergerak ketika gurunya menjelaskan, biasanya mereka akan merasa kesulitan belajar atau sulit menangkap informasi yang disampaikan. Hal ini juga terjadi pada anak saya. Ketika saya mendampingi dia belajar dan menyuruh lelaki kecil itu duduk diam, kenyataannya dia cenderung tidak memperhatikan apa yang kita katakan atau kita informasikan, bahkan terlihat seperti orang yang melamun.:)
  3. Ketika menghadapi mata pelajaran yang mencakup rumus-rumus atau hal yang abstrak seperti simbol matematika, peta dan sejenisnya, mereka cenderung sulit mempelajarinya.
  4. Kemampuan dalam pergerakannya atau kapasitas energinya cukup tinggi sehingga cenderung merasa kesulitan jika harus berkonsentrasi penuh. Oleh karena itu, perlu disalurkan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau aktivitas yang menggunakan jari-jarinya.
Saran untuk Orang Tua Dalam Menghadapi Anak Kinestetik 
Setelah mengetahui kendala yang dihadapi anak dengan gaya belajar kinestetik, maka ada 4 cara menyikapi anak dengan tipe gaya belajar kinestetik yang perlu diketahui oleh orang tua, yaitu :
1. Untuk mendukung gaya belajar yang dimiliki anak, sebaiknya orang tuamempercayakan pendidikan anak mereka di sekolah yang menganut sistem active learning, yaitu menerapkan cara belajar yang melibatkan siswanya. Jadi pembelajaran bersifat dua arah. Anak diarahkan untuk tetap aktif sehingga kemampuannya berkembang secara optimal. 
Di sekolah tempat ade belajar, setiap siswa baru yang akan masuk, harus melalui tes psikotes untuk mengetahui tipe gaya belajar siswa yang bersangkutan. Dan anak yang memiliki gaya belajar yang sama, ditempatkan pada satu kelas yang sama. 
Anak saya yang memiliki gaya belajar kinestetik disatukan dengan teman-temannya yang memiliki gaya belajar yang sama. Sehingga kebiasaan mereka yang selalu bergerak, tidak mengganggu siswa lain yang cenderung menginginkan situasi belajar yang tenang dan hening.
Wah, saya salut juga dengan guru kelas anak saya, waktu itu. Dengan sabar dan tenang, sang guru mengajarkan anak-anaknya, sedangkan siswa-siswanya sibuk sendiri berjalan ke sana kemari, berdiri di samping mejanya bahkan saya lihat ada beberapa anak yang loncat-loncat karena ingin melihat keluar jendela.
Tapi, siapa sangka, di akhir semester, nilai mereka bagus-bagus, loh! Bahkan lebih unggul daripada yang lain.

2. Sebelum pergi berangkat ke sekolah, sebaiknya anak-anak diberikan aktivitas fisik untuk mengalihkan kapasitas energinya yang berlebih. Dengan energi yang sudahdigunakan di pagi hari, diharapkan sisa energi yang tersimpan untuk kegiatan belajar di sekolah, tidak terlalu besar. Sehingga mereka bisa belajar dengan tenang.

Aktivitas yang dapat membuat anak tersalurkan energinya antara lain yaitu, dilibatkan dalam kegiatan untuk membantu pekerjaan rumah tangga seperti mencuci kendaraan, mencuci piring, membersihkan rumah, mengerjakan kegiatan dengan jari-jarinya atau melakukan olah raga ringan.


Karena Ikal senang bersepeda, maka saya tidak melarang dia untuk bersepeda sekitar 15 - 20 menit di sekitar lingkungan rumah kami, sebelum berangkat ke sekolah. Atau ikut membersihkan rumah jika dia enggan bersepeda sebelum berangkat ke sekolah.

3. Anak dengan tipe belajar kinestetik lebih mudah menyerap informasi melalui pengalaman. Bereksperimen di laboratorium merupakan salah satu cara belajar, bagi mereka agar lebih efektif. Sekolah yang sering menggunakan laboratorium untuk praktek, merupakan media pendukung bagi anak kinestetik.

Sedangkan untuk belajar di rumah, orang tua dapat membantu anak mempergunakan alat peraga. Misalnya, untuk mengenalkan planet-planet yang berada dalam orbitnya, orang tua dapat menggunakan bola-bola untuk memperjelas. Dan biarkan anak untuk menyentuh bola tersebut dan menggerakkannya dalam orbit. Ingatlah, mereka senang sekali belajar dengan menyentuh, bukan?

4. Untuk mendukung proses belajar di sekolah, sebaiknya orang tua memberi saran kepada guru dan pihak sekolah, agar anak bisa diikutsertakan dalam berbagai aktivitas untuk mengalihkan kelebihan energi anak. Guru bisa mengajak anak untuk membantu membersihkan papan tulis, atau membantu membagikan buku pelajaran untuk teman-temannya.

Dengan mengetahui cara menghadapi anak dengan tipe gaya belajar kinestetik, diharapkan anak dapat belajar dengan lebih maksimal dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan orang tua.

Teman-teman, sebagai orang tua, kita memang harus terus belajar. Berusaha belajaruntuk mengetahui gaya belajar yang tepat bagi anak-anak kita. Dengan mengetahuinya, maka kita pun dapat mengatasi segala kendala yang muncul dan dapat dengan mudah menstimulasi anak-anak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Itulah gaya belajar kinestetik yang dominan dimiliki oleh anak lelaki saya. Sedangkan anak perempuan saya lebih cenderung ke tipe gaya belajar auditori. Lain waktu, saya akan ceritakan ciri dan kendala yang ada pada si kakak yang bergaya auditori, ya ...
Semoga bermanfaat :)  

Mengembangkan Potensi Pembelajar Kinestetik


Apakah anak anda langsung melakukan sesuatu yang baru tanpa berpikir dua kali tentang bagaimana melakukannya? Apakah dia sangat lincah untuk anak seusianya? Jika demikian, mungkin dia seorang pembelajar kinestetik.
Seperti diketahui, sebagian para ahli mengelompokkan ada tiga tipe pembelajar, yaitu tipe auditory, tipe visual, dan tipe kinestetik. Tipe pembelajar kinestetik secara singkat dapat digambarkan sebagai: “Orang yang harus terlibat langsung untuk dapat mengerti”
Jadi bagaimana anda tahu apakah anak anda adalah seorang pembelajar kinestetik atau hanya seorang anak yang aktif?
Para ahli mengatakan bahwa setengah dari semua siswa memiliki sifat kinestetik pada tingkat tertentu. Namun, jika anda mengamati ciri-ciri berikut pada anak anda dari waktu ke waktu, itu bisa menjadi indikasi dari gaya belajar kinestetik.
Pembelajar kinestetik umumnya perlu :
  • Menyentuh, merasakan, dan menangani sesuatu.
  • Mereka ingin mencobanya langsung. Mereka tidak akan ingin melihat demonstrasi.
  • Menggerakkan tubuh mereka untuk belajar sesuatu yang baru. Sebagai contoh, anak dapat membaca buku dengan tangan kiri sementara memantul bola basket dengan tangan kanan.
  • Menunjukkan dengan perbuatan daripada memberitahu.
Sayangnya, beberapa anak dengan tipe kinestetik sering disalahartikan sebagai ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Padahal yang mereka butuhkan hanyalah menyelesaikan aktivitas mereka untuk mendapatkan kembali fokus mereka. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak dengan tipe belar kinestetik dalam hal belajar:
  • Apabila ada, ikutkanlah dia dalam kegiatan drama di sekolah. Seni drama dapat menjadi hal yang menyenangkan bagi pembelajar kinestetik.
  • Doronglah dia untuk belajar di alam terbuka. Ketika melakukan suatu aktivitas, kaitkanlah dengan pelajarannya di sekolah.
  • Dorong dia untuk membuat catatan, menggambar diagram, dan membuat model.
  • Tanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan pelajaran sewaktu dia melakukan aktivitas, contohnya sambil bermain badminton.
  • Masukkan dia ke sekolah yang memiliki banyak aktivitas ekstra kulikuler yang bersifat fisik.
Sebagai orang tua, sangat penting anda bermitra dengan guru anak anda dan menjadi aktif dalam dalam kegiatan di sekolah. Semakin banyak anda mempelajari cara unik anak anda dalam belajar, semakin baik anda dapat membantu guru-gurunya dalam memberikan dia metode yang dia butuhkan untuk berhasil .

Senin, 01 Agustus 2016

Mengajak si kinestetik beradaptasi

Mengajak si kinestetik beradaptasi


Anak Anda tidak bisa duduk diam dan seringkali sibuk sendiri? Jangan khawatir, mungkin ia adalah si tipe kinestetik. Ia bukan nakal, dan sebetulnya ia bisa diajak beradaptasi di tempat manapun. maksimalkan kemampuannya dan komunikasikan dengan guru



Setiap manusia itu unik. Ya, sebab tidak ada satupun manusia yang punya kepribadian sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Karena itu para ahli yang memeplajari manusia mulai mengeluarkan banyak hasil penelitiannya berupa karakteristik manusia. Dari dominasi otak kanan atau otak kiri, hingga gaya belajar; kinsetetik, visual, auditori.

Karena itu, sebaiknya setiap sekolah bisa selalu memahami dan menerapkan cara mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik setiap anak. Sebab anak tidak bisa disamaratakan lalu harus selalu memahami apa yang diajarkan dengan cara yang seragam. Maka belakangan ini ada begitu banyak sekolah yang menekankan poin tersebut, sebagai keunggulannya. Bahwa mereka sangat memahami keunikan setiap anak, lalu berjanji untuk memfasilitasinya.

Sayangnya, sekolah yang seperti itu biasanya membuat orangtua harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Oleh sebab itu, tidak semua orangtua mampu menyekolahkan anaknya di tempat-tempat yang seperti demikian. Masih banyak orangtua memilih sekolah konvensional, yang sarat dengan metode belajar seragam. Hal ini tidak akan menjadi perkara besar jika anak tersebut merupakan tipe auditori atau visual. Namun lain lagi dengan anak yang kinestetik.

Tipe Kinestetik adalah tipe gaya belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi melalui serangkaian aktivitas yang menggerakkan sebagian / seluruh anggota tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. 

Ciri-ciri anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:
  1. Menyukai kegiatan aktif baik sosial, kesenian, maupun olahraga. Sulit untuk duduk tenang, selalu ingin beregrak, dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  2. Gemar menyentuh semua yang dilihat dan ia kerap menggunakan gerakan/bahasa tubuh saat mengekspresikan diri/mengungkapkan emosinya saat itu.
  3. Mencari perhatian lewat perhatian fisik seperti menyentuh orang lain dan suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan menggunakan tangannya secara aktif.
  4. Jika ada mainan baru biasanya langsung ingin mencoba memainkannya.
  5. Biasanya anak-anak dengan kecerdasan kinestetik sudah mulai terlihat sejak usianya menginjak empat tahun.


Ya, tidak ada bedanya tipe belajar kinestetik dengan tipe-tipe belajar lainnya. Sayangnya, karena kurikulum Indonesia pada umumnya masih sarat dengan penyeragaman, maka anak-anak yang sangat aktif ini kerap dilabeli dengan "anak nakal". Apalagi jika mereka yang tidak mau duduk diam ini, bersekolah di sekolah konvensional. Mereka akan merasa amat bosan duduk dan mengikuti pelajaran di dalam kelas. Lalu biasanya jadi pengganggu karena tidak tertarik dengan aktivitas di kelas.

Hal ini tentu menjadi dilema bagi setiap orangtua. Apalagi pertimbangan biaya menjadi kendala utama. Ya, sebetulnya, tidak ada masalah jika orangtua terpaksa menyekolahkan anak di tempat konvensional. Namun memang, orangtua harus memenuhi hal-hal yang tidak teratasi di sekolah. Sebab, biasanya anak kinestetik mengalami banyak kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Orangtua harus selalu ada dan aktif berkomunikasi dengan guru, agar memahami benar perkembangan anak disekolah. Lalu mengejar ketertinggalan dengan memberikan pelajaran yang sama dengan cara yang mudah dipahami anak kinestetik.

Manusia beradaptasi, kan? Karena itu Dawna Markova, Ph.D. pernah mengatakan dalam bukunya, bahwa setiap anak memiliki potensi belajar KVA (Kinestetik-Visual-Audio), hanya saja dengan porsi yang berbeda-beda. Walau demikian tipe belajar setiap anak tidak selalu bertahan seperti itu. Memperkaya gaya belajar setiap saat itu sangat dianjurkan. Misalnya saja ketika kecil seorang anak lebih condong kepada gaya belajar kinestetik, setelah agak besar mungkin saja lebih condong dengan gaya audio, dan ketika dewasa bisa berubah menjadi visual.


Jadi tidak usah khawatir berlebihan saat si kecil menjadi "anak nakal" di kelas. Mungkin ia memiliki kecerdasan kinestetik lebih dominan dalam dirinya. Dukung dan penuhi kebutuhannya di rumah. Terapkan disiplin dengan cara yang bisa diikutinya, dan jangan menyerah untuk terus mengingatkan agar ia beradaptasi dengan lingkungannya. Toh ke depannya pun setiap manusia harus terus mampu beradaptasi di manapun ia berada, kan? Tugas berat memang menghantui Anda, tapi bukankah itu alasan mengapa Tuhan memilih Anda menjadi orangtua?

sumber 
keluarga dot com

SI “BIANG GADUH” DI KELAS

SI “BIANG GADUH” DI KELAS

M. Musrofi
Seorang Bapak bertanya, “Anak saya kelas 3 sd, tetapi tidak bisa konsentrasi setiap diterangkan pelajaran baik di sekolah/rumah, sampai-sampai dikelas disebut biang “gojek” (gaduh), tetapi dia mudah bergaul pada siapapun, mandiri & senang otak atik sesuatu. Bagaimana menurut bapak? Apa yang seharusnya saya lakukan?”

Jawaban:

Kalau anak bertipe visual maka mata adalah “jendela ilmu.” Tipe ini suka membaca. Kalau anak bertipe auditori, maka  telinga sebagai “jendela ilmu.” Tipe ini akan sangat bagus menyerap materi pelajaran dengan cara mendengar. Kalau anak bertipe kinestetik, maka praktek (menyentuh, merasa, dan membau) dan bergerak adalah “jendela ilmu.” Barangkali anak Bapak/Ibu bertipe kinestetik ini.  Coba Bapak/Ibu ikuti tips berikut ini saat mengajari anak di rumah: 

Biarkan anak bergerak-gerak di saat menghapal materi. Dia memang tidak bisa duduk diam lebih dari 15 menit atau 25 menit. Jadi jangan dipaksa duduk, biarkan ia bergerak-gerak untuk jeda.  

Dalam mengajari materi pelajaran, buat suasana seperti berdiskusi. Sebisa mungkin dengan menggunakan alat-alat peraga. Alat peraga tidak perlu beli. Misal : menghitung luas empat persegi panjang : ambil kertas folio, telunjuk anak diminta memegang sisi-sisi kertas itu, mana panjang, mana lebar., lalu bagaimana menghitung luasnya. Anak itu akan mengingat materi pelajaran bukan dari apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar, tetapi dari apa yang dia alami atau praktekkan.

Cara lain, bila akan mengingat materi pelajaran, dapat dilakukan dengan menutup mata lalu menulis dengan jari telunjuk materi yang diingat tersebut di udara (seperti pantomim)  Kalau membaca, jari telunjuknya diminta aktif (menunjuk kalimat yang tengah dibaca). Kalau materi pelajaran berupa bacaan panjang lebar, diringkas menjadi penggalan-penggalan kalimat. Anak bertipe ini memang tidak suka membaca panjang lebar. Anak bertipe ini perlu melakukan gerakan-gerakan fisik untuk bersiap-siap menghadapi tes atau ujian.

Intinya adalah anak itu akan termotivasi belajar dan mengingat materi pelajaran dengan baik dengan cara bergerak, mengalami atau praktek. Jadi anak itu bukannya tidak bisa konsentrasi dalam belajar, tetapi memang cara belajarnya dengan cara bergerak dan praktek. Nah, Bapak/Ibu perlu dicoba tips tersebut di rumah. Kalau berhasil bagus, mungkin gurunya perlu diberitahu. Yang penting, dicoba dulu tips sederhana tersebut di rumah.

Memang agak sulit ya bila anak itu berada di kelas. Dia cenderung bergerak dan mungkin juga ingin mengajak bicara dengan teman sebangku. Maka anak ini disebut “biang gaduh”, padahal sekali lagi memang cara belajar anak ini dengan bergerak-gerak. Hasil penelitian menunjukkan : para pelajar kinestetik paling berisiko gagal mengikuti pelajaran di kelas. Oleh karena pola pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas adalah pola visual (guru menjelaskan dengan grafik, tulisan, gambar, dll) dan auditorial (guru menjelaskan secara lisan), bukan dengan praktek dan banyak gerakan.

Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar, accu (aki), pengeras suara, dan lain-lain, adalah tipe kinestetik : suka bergerak-gerak dan suka praktek. Barangkali seperti anak ibu yang suka otak-atik. Edison adalah ”biang gaduh” di kelas. sampai gurunya ”judheg”, lalu Edison dipukul gurunya dengan rotan. Lalu ibunyalah yang mendidik dia sampai menjadi orang besar, dengan ribuan temuan.

Nah, soal anak yang suka otak-atik, bagus sekali apabila aktivitas ini benar-benar Bapak/Ibu dukung dan diberikan fasilitas obyek otak-atik tersebut. Coba per tiga bulan sekali, anak diminta membuat sesuatu dari otak-atiknya itu. Yang perlu ditekankan tidak ada pemaksaan. Mudah-mudahan, anak itu bisa membuat karya-karya inovatif. Mudah-mudahan anak itu nantinya jadi penemu besar seperti Edison, asal ibunya sabar mengasuh. Karena ”banyak Edison-Edison kecil” seperti anak Bapak/Ibu, yang kandas di tengah perjalanan hidupnya, karena selalu disalahkan di sekolah dan di rumah.

sumber:www.sdsukses

Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan untuk membangun hubungan penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk menciptakan gerakan.


Kecerdasan Kinestetik ini penting dan bermanfaat:
Meningkatkan kemampuan psikomotorik
Meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas
Membangun rasa percaya diri dan harga diri
Meningkatkan kesehatan.

Indikator Kecerdasan Kinestetik:
Cepat menerima informasi
Mampu memainkan alat musik yang menggunakan jari
Mampu menggambar objek secara detail
Senang bergerak

Ciri-ciri:
Aktif atau tak mudah lelah
Menggunakan anggota tubuh untuk berkomunikasi
Cenderung ingin menyentuh sesuatu yang menarik perhatian

Contoh Karir:
Atlet
Dokter gigi
Koreografer
Mekanik
Ahli bedah

Stimulasi yang cocok:
Gunakan gerakan dalam mengajar
Berikan kesempatan untuk menyentuh dalam pengarahan
Libatkan dalam berbagai kegiatan
Ajaklah untuk berolah raga
Berikan buku-buku mengenai kreativitas, dan olah raga

Contoh game:
Bermain hula-hula
Bermain musik
Melompat
Meniti balok
Menari
Bersepeda, sepatu roda, skateboard