Senin, 01 Agustus 2016

Mengajak si kinestetik beradaptasi

Mengajak si kinestetik beradaptasi


Anak Anda tidak bisa duduk diam dan seringkali sibuk sendiri? Jangan khawatir, mungkin ia adalah si tipe kinestetik. Ia bukan nakal, dan sebetulnya ia bisa diajak beradaptasi di tempat manapun. maksimalkan kemampuannya dan komunikasikan dengan guru



Setiap manusia itu unik. Ya, sebab tidak ada satupun manusia yang punya kepribadian sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Karena itu para ahli yang memeplajari manusia mulai mengeluarkan banyak hasil penelitiannya berupa karakteristik manusia. Dari dominasi otak kanan atau otak kiri, hingga gaya belajar; kinsetetik, visual, auditori.

Karena itu, sebaiknya setiap sekolah bisa selalu memahami dan menerapkan cara mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik setiap anak. Sebab anak tidak bisa disamaratakan lalu harus selalu memahami apa yang diajarkan dengan cara yang seragam. Maka belakangan ini ada begitu banyak sekolah yang menekankan poin tersebut, sebagai keunggulannya. Bahwa mereka sangat memahami keunikan setiap anak, lalu berjanji untuk memfasilitasinya.

Sayangnya, sekolah yang seperti itu biasanya membuat orangtua harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Oleh sebab itu, tidak semua orangtua mampu menyekolahkan anaknya di tempat-tempat yang seperti demikian. Masih banyak orangtua memilih sekolah konvensional, yang sarat dengan metode belajar seragam. Hal ini tidak akan menjadi perkara besar jika anak tersebut merupakan tipe auditori atau visual. Namun lain lagi dengan anak yang kinestetik.

Tipe Kinestetik adalah tipe gaya belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi melalui serangkaian aktivitas yang menggerakkan sebagian / seluruh anggota tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. 

Ciri-ciri anak dengan tipe gaya belajar Kinestetik:
  1. Menyukai kegiatan aktif baik sosial, kesenian, maupun olahraga. Sulit untuk duduk tenang, selalu ingin beregrak, dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  2. Gemar menyentuh semua yang dilihat dan ia kerap menggunakan gerakan/bahasa tubuh saat mengekspresikan diri/mengungkapkan emosinya saat itu.
  3. Mencari perhatian lewat perhatian fisik seperti menyentuh orang lain dan suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan menggunakan tangannya secara aktif.
  4. Jika ada mainan baru biasanya langsung ingin mencoba memainkannya.
  5. Biasanya anak-anak dengan kecerdasan kinestetik sudah mulai terlihat sejak usianya menginjak empat tahun.


Ya, tidak ada bedanya tipe belajar kinestetik dengan tipe-tipe belajar lainnya. Sayangnya, karena kurikulum Indonesia pada umumnya masih sarat dengan penyeragaman, maka anak-anak yang sangat aktif ini kerap dilabeli dengan "anak nakal". Apalagi jika mereka yang tidak mau duduk diam ini, bersekolah di sekolah konvensional. Mereka akan merasa amat bosan duduk dan mengikuti pelajaran di dalam kelas. Lalu biasanya jadi pengganggu karena tidak tertarik dengan aktivitas di kelas.

Hal ini tentu menjadi dilema bagi setiap orangtua. Apalagi pertimbangan biaya menjadi kendala utama. Ya, sebetulnya, tidak ada masalah jika orangtua terpaksa menyekolahkan anak di tempat konvensional. Namun memang, orangtua harus memenuhi hal-hal yang tidak teratasi di sekolah. Sebab, biasanya anak kinestetik mengalami banyak kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Orangtua harus selalu ada dan aktif berkomunikasi dengan guru, agar memahami benar perkembangan anak disekolah. Lalu mengejar ketertinggalan dengan memberikan pelajaran yang sama dengan cara yang mudah dipahami anak kinestetik.

Manusia beradaptasi, kan? Karena itu Dawna Markova, Ph.D. pernah mengatakan dalam bukunya, bahwa setiap anak memiliki potensi belajar KVA (Kinestetik-Visual-Audio), hanya saja dengan porsi yang berbeda-beda. Walau demikian tipe belajar setiap anak tidak selalu bertahan seperti itu. Memperkaya gaya belajar setiap saat itu sangat dianjurkan. Misalnya saja ketika kecil seorang anak lebih condong kepada gaya belajar kinestetik, setelah agak besar mungkin saja lebih condong dengan gaya audio, dan ketika dewasa bisa berubah menjadi visual.


Jadi tidak usah khawatir berlebihan saat si kecil menjadi "anak nakal" di kelas. Mungkin ia memiliki kecerdasan kinestetik lebih dominan dalam dirinya. Dukung dan penuhi kebutuhannya di rumah. Terapkan disiplin dengan cara yang bisa diikutinya, dan jangan menyerah untuk terus mengingatkan agar ia beradaptasi dengan lingkungannya. Toh ke depannya pun setiap manusia harus terus mampu beradaptasi di manapun ia berada, kan? Tugas berat memang menghantui Anda, tapi bukankah itu alasan mengapa Tuhan memilih Anda menjadi orangtua?

sumber 
keluarga dot com

0 komentar:

Posting Komentar